Serba serbi
Tak Semua yang Lahir pada Wuku Wayang Harus Disapuh Leger, Berikut Aturan Menurut Kala Pati Tattwa
Sejak dahulu kala, ada kepercayaa umat Hindu Bali bahwa seseorang yang lahir di Wuku Wayang harus disapuh leger.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Sehingga beliau mengikuti apa yang sudah disuratkan, tidak berani melebihkan atau menguranginya.
Beliau hanya meluruskan, bahwa seseorang yang lahir hari Jumat saat Wuku Wayanglah yang disapuh leger.
“Ketentuannya kalau seseorang lahir Jumat ketika Wuku Wayang, karena dia nadah atau tepat hari kala paksa, maka harus disapuh leger,” tegas beliau.
Sedangkan seseorang yang lahir sejak hari Minggu sampai Kamis, tidak perlu disapuh leger.
Hanya perlu nunas tirta panglukatan Sudamala.
Kemudian yang lahir Sabtu, tepat ketika Tumpek Wayang hanya perlu nunas tirta panglukatan Samarana.
Namun karena selama ini sudah berjalan, sehingga semua orang mengira jika lahir Wuku Wayang maka harus disapuh leger.
Lanjut beliau, untuk panglukatan baik itu tirta Sudamala maupun Samarana, maka akan disiapkan oleh sang sulinggih yang muput upacara. Termasuk banten sapuh leger, juga disiapkan oleh sang sulinggih.
"Untuk pertunjukkan wayangnya baru disiapkan oleh dalang,” sebut beliau. Sehingga bagi yang lahir Jumat, bisa melakukan sapuh leger sendiri atau massal dengan orang-orang yang lahir di hari yang sama Wuku Wayang.
Yang jelas, kata beliau, banten sapuh leger harus lengkap bagi yang lahir hari Jumat dan pertunjukan wayangnya pun harus ada.
Untuk yang lahir hari Minggu sampai Kamis Wuku Wayang, bisa nunas banten ke gria sang sulinggih seperti banten daksina, pejati, dan suci.
Beliau mengestimasikan, untuk biaya sapuh leger berada pada kisaran Rp 14 juta-Rp 15 juta dan itu sudah lengkap.
Sedangkan biaya untuk upacara panglukatan dengan tirta Sudamala dan Samarana lebih murah lagi, tidak lebih dari Rp 3 juta.
Beliau mengingatkan, agar yang masih keliru di lapangan bisa diluruskan.
Sehingga sesuai dengan ajaran tattwa dalam Hindu.