Jenazah Suami Dibawa Pakai Pikap, Sang Istri Masih Utang Rp 17 Juta di RSUD Buleleng
Jenazah Suami Dibawa Pakai Pikap, Sang Istri Masih Utang Rp 17 Juta di RSUD Buleleng
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Aloisius H Manggol
Mengingat kondisinya kian melemah, pada Kamis (14/1) Gede Sani dirujuk ke RSUD Buleleng untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensif.
"Sakitnya ini dialami sejak almarhum berhenti merokok, sekitar tujuh bulan yang lalu. Dia berhenti merokok karena baru punya anak. Takut anaknya kena asap rokok. Tapi setelah berhenti merokok itu, dia tiba-tiba sering batuk,” katanya.
Saat menderita batuk-batuk, almarhum tak pernah berobat ke rumah sakit karena keterbatasan dana.
“Saya terlambat memeriksakan dia ke rumah sakit, karena tidak punya uang dan jaminan kesehatan," ungkap Suryani sembari menangis.
Selama dirawat di rumah sakit, Gede Seni hanya ditemani oleh orangtuanya, yakni Cening Kawit (55) dan Nyoman Artawan (60). Sementara Suryani harus mengurus anak pertamanya yang masih berusia tujuh bulan di rumah.
Tiga hari sebelum meninggal, Suryani mengaku sempat menjenguk suaminya di ruang ICU. Kala itu sang suami sempat minta untuk dibawakan ponselnya agar bisa melihat foto-foto anak semata wayangnya.
"Dia minta dibawakan HP, katanya biar bisa liat foto anaknya. Dia sayang sekali dengan anaknya. Tangan saya juga dicium-cium, katanya jangan khawatir dia pasti sembuh. Tapi kondisinya sudah semakin drop, firasat saya sudah buruk. Sampai akhirnya dia meninggal, saya tidak sempat melihat dia lagi," tutur Suryani sembari mengusap air matanya.
Dirumahkan
Suryani menjelaskan, suaminya sebelumnya bekerja di salah satu restoran yang ada di kawasan Kuta. Sementara Suryani bekerja sebagai tenaga terapis di Denpasar.
Namun karena pandemi Covid-19, keduanya terpaksa dirumahkan. Praktis pasutri malang tersebut kehilangan mata pencaharian.
Termasuk dengan jaminan kesehatan, tidak lagi ditanggung oleh perusahaannya.
"Selama dirumahkan kami tidak punya uang. Makanya selama tujuh bulan suami saya sakit, tidak bisa berobat ke dokter. Minta bantuan ke desa biar punya KIS PBI, sudah diproses kok, tapi sayangnya KISnya baru bisa dipakai bulan Februari nanti," jelasnya.
Atas kondisi ini, Suryani pun berharap agar ada tangan donatur yang bisa membantu meringankan beban untuk membayar utang biaya perawatan sang suami, senilai kurang lebih Rp 17 juta.
Sementara jenazah Gede Seni rencananya akan dikubur di Setra Desa Adat Kubutambahan pada Selasa (26/1) besok.
"Saya berharap sekali ada warga yang bisa bantu bayar utang di rumah sakit. Saya punya anak kecil, tidak punya uang, saya mohon sekali bantuannya," harapnya. (rtu)