Berita Gianyar

Muara Pantai Gumicik Gianyar Bali Selalu Dijejali Sampah, Ada Pembalut Hingga Popok Bayi

"Muara pantai kami selalu kotor, sering dikeluhkan warga yang berkunjung. Atas keluhan ini, kami prakarsai membuat kelompok peduli lingkungan dengan n

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Noviana Windri
istimewa
Aksi bersih-bersih di kawasan Pantai Gumicik, Desa Ketewel, Sukawati, Gianyar, Bali belum lama ini 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Kelompok nelayan  Pantai Gumicik, Desa Ketewel, Sukawati membentuk kelompok peduli sampah.

Hal itu dikarenakan, pantai ini selalu dijejali sampah kiriman yang datang dari Sungai Yeh Ayung.

Mereka menyayangkan, jumlah sampah kiriman ini relatif banyak.

Bahkan mereka selalu berhasil mengumpulkan sampah sebanyak 20 karung beras ukuran 50 kilogram.

Tokoh warga setempat, Wayan Puja, Senin 1 Februari 2021 mengungkap, selama ini muara Pantai Gumicik yang disebut Campuhan Windu Segara selama ini selalu dijejali sampah-sampah kiriman dari Sungai Yeh Ayung.

Banyak Gorong-gorong Dijejali Sampah di Gianyar Bali, Sebabkan Air Meluber ke Jalan Ketika Hujan

Kerap Temukan Masker Bekas Campur Sampah Rumah Tangga, Petugas Pemilah di TOSS Karangdadi Khawatir

TPST Mengwitani Bali Manfaatkan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos, Warga Bisa Dapat Secara Gratis

Kondisi itu tak terlepas dari perilaku warga di hulu yang masih membuang sampah ke sungai. 

Menyikapi hal tersebut, kelompok nelayan ini akhirnya membuat kelompok peduli sampah, sebagai gerakan sosial yang anggotanya nelayan dan pemuda Banjar Gumicik dan pemuda Desa Sukawati.

"Muara pantai kami selalu kotor, sering dikeluhkan warga yang berkunjung. Atas keluhan ini, kami prakarsai membuat kelompok peduli lingkungan dengan nama Kopling Ketewel," ujarnya.

Kata dia, sejak terbentuknya beberapa bulan lalu, Kopling Ketewel susah bergerak sebanyak 60 kali.

Dilakukan setiap minggu sekali.

Setiap melakukan kegiatan, rata-rata sampah non organik yang terkumpul sebanyak 12 karung.

Bahkan pernah mendapatkan sampah sampai 40 karung yang terdiri dari sampah pakaian bekas, sandal, botol plastik, dan popok bayi," ungkapnya.

"Yang membuat kami prihatin adalah sampah popok bayi dan pembalut yang dibuang ke sungai, lalu dibawa anjing liar, sampai ke pemukiman. Ini menyebabkan pemandangan jorok," sesalnya.

Terkait sampah yang terkumpul, kata dia, dibawa ke Bank Sampah Ketewel, sementara sampah residu dibawa ke TPA Temesi.

"Kami ini gerakan non profit, hasil penjualan kami belikan peralatan pungut sampah, seperti kampil, sarung tangan dan masker. Sedangkan sampah organik, dikumpulkan dijadikan pupuk organik oleh salah satu warga," ujarnya.

Temukan Kasur dan Sofa, Pengelola Wisata Hutan Mangrove Imbau Warga Tidak Buang Sampah Ke Sungai

Minimalisir Sampah Ke Laut, Desa Bengkel Tabanan Bali Pasang Trash Barier

7 Pembuang Sampah Sembarangan di Pemecutan Kaja Disidang, Satu Pelanggar Sudah Didenda Rp 200 Ribu

Dengan gerakan ini, jumlah sampah sudah mulai berkurang.

Namun pihaknya berharap supaya masyarakat di hulu tidak membuang sampah ke sungai, karena hal tersebut sama saja mengotori pantai yang disucikan umat Hindu di Bali. (*)

Attachments area

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved