Serba Serbi
Berjodoh Atau Tidak, Berikut Penjelasan Tenung Jodoh Dalam Hindu Bali
Baik yang telah terjadi, maupun pertemuan yang akan direncanakan, berdasarkan nilai urip hari kelahiran seseorang.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Begitu juga jika sisa 4 atau sisa nol, namanya Pati yang buruk sekali dan bisa hingga bercerai.
Cara menghitungnya adalah urip Saptawara ditambah urip Pancawara dibagi 4.
Untuk tabel urip Saptawara Redite uripnya 5, Coma uripnya 4, Anggara uripnya 3, Buda uripnya 7, Wraspati uripnya 8, Sukra uripnya 6, dan Saniscara uripnya 9.
Untuk urip Pancawara Umanis adalah 5, Paing uripnya 9, Pon uripnya 7, Wage uripnya 4, dan Kliwon uripnya 8. Semisal seorang pria lahir Saniscara Kliwon, maka uripnya adalah 9 ditambah 8 dan hasilnya 17. Kemudian calon istrinya kelahiran Wraspati Pon, uripnya 8 ditambah 7 hasilnya 15. Kedua hasil urip ini ditambah, yaitu 17 ditambah 15. Maka hasilnya adalah 32. Kemudian 32 dibagi 4, maka hasilnya 8 dan sisanya tidak ada alias nol.
Dengan demikian, sesuai tabel perjodohan maka hasilnya buruk dan bisa cerai. Namun ida pedanda mengingatkan ini hanya tenung saja, dan semua kembali ke karma masing-masing orang serta nasib dan takdirnya.
“Kalaupun memang hasilnya buruk, kita di Bali bisa mengantisipasi dengan mebayuh,” jelas ida.
Meminta kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, agar dilindungi dan diberkahi.
Tenung juga menjadi acuan, sehingga suami istri atau calon pasangan dapat mengendalikan diri. Khususnya bagi yang hasil uripnya buruk, agar bisa saling menjaga emosi satu sama lain. (*)