Generasi Muda Myanmar: Militer Lebih Menyebalkan daripada Haid
Mereka membanjiri media sosial untuk menyuarakan keprihatinan atas kondisi politik di negeri itu. Umumnya bernada sindirian.
TRIBUN-BALI.COM, HONG KONG - Generasi muda Myanmar punya cara unik menyampaikan aspirasi mereka terhadap kudeta militer di negeri itu.
Mereka membanjiri media sosial untuk menyuarakan keprihatinan atas kondisi politik di negeri itu. Umumnya bernada sindirian. Ada yang serius tapi tak sedikit yang bernada lucu khas anak muda.
Sebagian generasi muda pun ikut beraksi di jalan bersama massa pendemo. "Orang introvert sampai ada di sini," demikian tulisan pada satu poster demonstran yang dikutip kantor berita AFP Selasa 9 Februari 2021.
"Mantanku jahat, tapi militer Myanmar lebih jahat," kata remaja Myanmar lainnya.
• Aksi Demo Melawan Kudeta Mulai Memanas, Polisi Myanmar Lepaskan Peluru Melukai 3 Orang
• Militer Matikan Internet Seluruh Myanmar Karena Demo Melawan Kudeta Meluas
• Paus Fransiskus Panjatkan Doa dan Serukan Solidaritas Rakyat Myanmar
Banyak cemoohan tertuju pada panglima militer Min Aung Hlaing, yang memimpin kudeta Myanmar demi menggulingkan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi.
"Impian kita lebih tinggi dari MAL," bunyi tulisan di karton yang mengacu pada postur pendek kecil panglima tertinggi itu.
"Min Aung Hlaing aku benci kamu lebih dari haid," kata remaja lainnya saat menurunkan jendela mobil.
Foto-foto bernada sindiran kepada militer Myanmar banyak menyebar di media sosial, dan diwit ulang serta dikomentari netizen dari Hong Kong, Amerika Serikat, dan negara lain.
Kampanye media sosial ini adalah jenis protes baru yang kreatif untuk Myanmar, kata Htaike Htaike Aung, direktur eksekutif Myanmar ICT for Development, kelompok hak digital yang berbasis di Yangon.
"Generasi muda... ada di Facebook, TikTok, Instagram, dan Discord memobilisasi anak-anak muda lainnya," ujarnya kepada AFP.
• Kecam Kudeta Militer Myanmar, Presiden AS Joe Biden Ancam dan Siap Beri Sanksi Tegas Ini
Tidak seperti generasi sebelumnya yang banyak terputus dari dunia luar selama 49 tahun pemerintahan militer, para pedemo Myanmar sekarang lebih muda dan melek internet.
Banyak kata-kata protes yang mereka tulis dalam bahasa Inggris demi menarik perhatian dunia.
Media sosial pun dimanfaatkan untuk bertukar tips cara demo yang aman dari demonstran di Hong Kong dan Thailand.
Sebelum Myanmar memulai transisi demokrasinya pada 2011, warnet banyak dibuat di kota-kota besar, tetapi akses Skype, Gmail, dan Facebook dibatasi militer.
Kendati penggunaan smartphone melonjak di seluruh dunia, jumlah ponsel pintar di Myanmar adalah yang kedua paling sedikit di dunia, di bawah Korea Utara. Kartu SIM pun harganya ribuan dollar (belasan juta rupiah).