Berita Bali
Kisah Inspiratif untuk Kemanusiaan, Relawan Bali Ambulance Ini Antar Jenazah Sampai ke Sumatera
Sebagai relawan Bali Ambulance, pria bernama Dwi Wasis Santoso (52) ini seakan tidak pernah lelah dalam menolong masyarakat jika dibutuhkan
Penulis: Firizqi Irwan | Editor: Wema Satya Dinata
Ditanya mengenai akomodasi atau besaran biaya untuk mengantarkan jenazah ke rumah duka, ia mengaku tidak ada biaya apapun terutama kepada orang yang membutuhkan.
"Tidak ada biaya apapun kepada orang-orang yang membutuhkan. Kita tidak mencari, tapi kalau dikasih kita terima apapun itu selagi bisa membantu masyarakat yang membutuhkan,"
"Kadang kalau ada yang minta bantuan pengantaran jenazah, untuk biaya itu ada dari relawan lainnya yang membantu, jadi saya tinggal melanjutkan pengantaran ke rumah duka," tambahnya.
Sementara itu, Dwi Wasis Santoso alias Edi (52) saat ditanya mengenai alasan ia menjalankan profesi sebagai relawan Bali Ambulance, ternyata ada kisah pilu yang pernah ia rasakan dan kerabatnya alami.
"Alasan saya tergerak dalam hal ini, karena biaya pengantaran (jenazah) yang mahal. Bahkan pernah, saya merasakan ada keluarga dan teman itu gak mampu, sulit membawa jenazahnya," keluh Edi.
"Ya akhirnya terpaksa jenazah dibawa dan diangkut menggunakan mobil pick up, ada juga truk, kan kasian pak.
Karena melihat itu, jadi saya tergerak untuk membantu di relawan Bali Ambulance ini," tuturnya kepada Tribun Bali, Rabu 10 Februari 2021
Kisah Di Balik Nama Mobil Bali Ambulance
Dwi Wasis Santoso yang kerap disapa Edi (52), ternyata telah menjalani profesi sebagai relawan dari Tahun 2002, pasca tragedi Bom Bali 1 yang menghebohkan dunia.
Ia yang kala itu bekerja sebagai driver bus, terpaksa pergi mencari nafkah dan kehidupan baru di Kalimantan Timur.
Selama bertugas sebagai driver di berbagai perusahaan disana, ia beberapa kali melihat kejadian yang memilukan.
• Cerita Sopir Ambulans RSUP Sanglah Antar Pasien Corona Perdana, Gusti Widana:Ingat Keluarga di Rumah
Banyak buruh yang bekerja mengalami peristiwa kecelakaan lalu lintas dan kerja, namun minimnya Ambulans disana membuat mereka yang mengalami musibah tidak dapat tertolong.
"Pasca bom Bali itu, kan banyak kejadian yang kurang mengenakkan bagi kita, ya jeleklah waktu itu. Saya sendiri langsung putuskan untuk merantau ke Kalimantan," kata Edi.
"Selama kerja disana, banyak kejadian ya laka lantas ataupun orang yang sakit yang meninggal dunia karena minimnya Ambulans untuk segera menolong mereka,"
"Karena minimnya itu, akhirnya saya dan teman-teman disana bergerak untuk membentuk relawan," ceritanya sambil mengingat-ingat.


 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											