Tumpek Landep Dalam Menajamkan Pikiran Serta Menjaga Ilmu Pengetahuan
Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti menjelaskan sebenarnya Tumpek Landep adalah upacara yang ditujukan kepada Ida Hyang Widhi Wasa
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: M. Firdian Sani
Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti menjelaskan sebenarnya Tumpek Landep adalah upacara yang ditujukan kepada Ida Hyang Widhi Wasa, dalam manifestasinya sebagai Sanghyang Pasupati, yaitu pemberi ketajaman pikiran dan ketajaman pengetahuan.
Semua itu dalam sebuah simbol, maka keris dipakai sebagai simbol atau lambang ketajaman.
"Namun sesungguhnya ketajaman yang dimaksud adalah ketajaman pikiran dan ketajaman Jnana," jelas ida rsi kepada Tribun Bali, Jumat 12 Februari 2021.
Tumpek landep kaitannya sangat erat dengan Saraswati yaitu turunnya ilmu pengetahuan.
• Besok Tumpek Landep, Apa Maknanya Dalam Hindu Bali?
Ketajaman Jnana erat kaitannya dengan pengetahuan.
"Ketika kita melihat keris maka terbayang bahwa keris yang tajam dibuat dari logam, salah satunya adalah besi. Sehingga ada beberapa masyarakat yang salah kaprah, bahwa segala yang dibuat dari besi dihubungkan dengan ketajaman," jelas ida rsi.
Bahkan seiring perkembangan zaman, mobil, motor, hingga komputer pun dihubungkan dengan ketajaman dalam artian tajam untuk melakukan atau hal hal yang berhubungan dengan material.
"Ini sering menyebabkan salah persepsi, bahwa Tumpek Landep sebagai otonan besi, padahal itu tidak tepat, karena Tumpek Landep adalah piodalan Ida Sanghyang Pasupati sebagai dewa pemberi ketajaman pikiran dan ketajaman mengolah pengetahuan," jelas ida rsi.
Baca juga: 300 Keris di Museum Neka Gianyar Diupacarai Saat Tumpek Landep
Hal senada juga diungkapkan Jero Mangku Ketut Maliarsa.
"Tumpek Landep adalah hari suci Agama Hindu yang diperingati umat Hindu setiap 6 bulan sekali atau setiap 210 hari sekali, sehingga dalam perhitungan kalender Bali, dalam satu tahun dirayakan dua kali, yaitu setiap hari Sabtu Kliwon wuku Landep," sebutnya.
Jika ditilik dari perputaran hari suci tumpek, maka Tumpek Landep ini dapat dikatakan perputaran pertama dari sekian hari suci tumpek-tumpek yang ada.
Tumpek dari kata 'tumampek' atau 'tampa' yang artinya turun dan menjadi tumpek bermakna dekat.
Maksudnya mendekatkan diri dengan memuja keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa dalam memohon anugerah-Nya.
Baca juga: Tumpek Landep, Tak Hanya Upacarai Sarwa Lancip, Namun Menajamkan Pikiran, Ini Persembahannya
Kata Landep artinya tajam atau runcing.Benda-benda yang tajam biasanya dianalogikan dengan senjata seperti keris, tombak, pedang, pisau dan benda-benda lain yang terbuat dari logam.
Bahkan kini termasuk peralatan rumah tangga, hingga sepeda motor, mobil dan lain-lain.
Hal ini sekarang lebih meluas, yang bisa membantu umat manusia memudahkan melakukan pekerjaan dengan alat-alat itu sendiri.
"Apakah ada kaitannya dengan odalan besi? ya karena seiring perkembangan zaman maknanya telah bergeser juga ke alat-alat yang dibuat dari logam," jelas pensiunan kepala sekolah ini.
Baca juga: Ngotonan Mobil saat Tumpek Landep?
Tetapi bukan ngodalin benda-benda itu.
Umat Hindu meyakini bahwa Tumpek Landep adalah memuja kebesaran/keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati atau sebagai dewanya senjata/peralatan yang digunakan.
Dalam hal ini menghaturkan sesajen atau upakara sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih atas karunia-Nya telah menganugerahkan kemakmuran dan kesejahteraan melalui ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.
Sehingga mempermudah kehidupan umat Hindu dalam mencapai kebahagian lahir batin berlandaskan ajaran dharma (ajaran agama Hindu).
Baca juga: FOTO-FOTO Hari Raya Tumpek Landep di Bali
Menurut Lontar Sundarigama juga dinyatakan bahwa kata tumpek dari kata "tampa"yang artinya turun, maksudnya adalah turun kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,Tuhan Yang Maha Esa ke dunia berupa ilmu pengetahuan.
"Makanya Tumpek Landep berkaitan erat dengan hari suci Sang Hyang Aji Saraswati sebagai dewanya Veda dan ilmu pengetahuan," kata pemangku asli Bon Dalem ini.
Kata Landep juga artinya tajam. Tajam yang dimaksud adalah mengusahakan ketajaman pikiran berdasarkan anugerah ilmu pengetahuan yang telah diturunkan oleh-Nya.
Ilmu pengetahuan lah yang akan membuat pikiran itu tajam,cerdas dan pintar.
Baca juga: 21 Armada BPBD Denpasar Diupacarai saat Tumpek Landep, Ardi Ganggas Memohon Dijauhkan dari Bahaya
Tumpek Landep bermakna secara spesifik adalah menerima kekuatan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa,Tuhan yang Maha Esa dalam bentuk ketajaman pikiran, kekuatan pikiran, dan kecerdasan pikiran sehingga umat manusia bisa mengarungi kehidupan berdasarkan kemampuan pengetahuan berlandaskan kebenaran.
Secara filosofi, umat Hindu merayakan hari Suci Tumpek Landep ini adalah merupakan ungkapan rasa syukur atau dalam bahasa Bali 'angayu bagia', rasa terima kasih kepada karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan yang Maha Esa dalam manifestasinya Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati (dewanya senjata yang berupa logam).
Ida Sang Hyang Widhi Wasa telah menganugerahkan 'wiweka lan winaya' memberikan kepandaian, kecerdasan dan pikiran yang tajam serta kemampuan yang tinggi kepada umat manusia sehingga mampu menciptakan berbagai benda untuk memudahkan hidup, termasuk teknologi.
"Dalam hal ini bukan memuja benda-benda itu tetapi memuja keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa dalam prabhawanya Sang Hyang Pasupati," tegasnya.
Kesimpulannya bahwa dalam perayaan hari suci Tumpek Landep adalah umat merayakannya karena Ida Sang Hyang Widhi Wasa telah menganugerahkan ilmu pengetahuan sehingga manusia memperoleh ketajaman pikiran,cerdas dan pandai.
Inilah yang dirayakan sebagai ungkapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan benda-benda yang dihasilkan karena ketinggian kemampuan umat manusia diupacarai dengan sesajen adalah sebagai simbol-simbol dalam mengekpresikan rasa syukur dan rasa terima kasih kepada-Nya.
Umat setelah menghaturkan upakara di pelangkiran, sanggah, atau merajan lalu menghaturkan upakara pada benda-benda tadi seperti keris, tombak, pedang , mobil, sepeda motor, dan peralatan lainnya dengan canang "asebit sari"atau "saka sidan" sesuai kemampuan.
"Ini adalah ekspresi rasa keyakinan kepada keagungan dan kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Yang pada prinsipnya juga umat jangan lupa natab upakara tersebut dengan sesajen atau upakara yang diyakini karena telah menerima anugerah ketajaman pikiran dari-Nya," jelasnya.
Semua benda-benda tadi itu 'ditepung tawari' dan diperciki tirta pasupati yang sudah dimohonkan di sanggah atau di merajan masing-masing. (*)