Serba Serbi

Ini Penjelasan Sulinggih Soal Perbedaan Nyegara Gunung dan Meajar-ajar, Serta Makna Ngenteg Linggih

ida rsi menjelaskan hal tersebut karena ketika roh itu belum di-linggih-kan, dan baru dilakukan nyegara gunung.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
tribunbali/dewa dedy farendra
ilustrasi persembahyangan di Pura Goa lawah, Klungkung, Bali. Ini Penjelasan Sulinggih Soal Perbedaan Nyegara Gunung dan Meajar-ajar, Serta Makna Ngenteg Linggih 

Dalam konsep pertama ini, roh pada Atma Tattwa sebagai Tuhan dalam konsep punya ikatan ke bawah.

Oleh sebab itu terjadi reinkarnasi di Atma Tattwa ini.

Di dalam rong tiga, di bagian tengah itu adalah konsep Tuhan di sana.

 Itulah sebabnya dalam ajaran Hindu disebut Amor Ring Acintya, karena di sana roh menyatu dengan Tuhan.

“Kembali pada Tuhan itu sendiri, maka sebenarnya rong telu adalah Padmasana di tengah. Dulu sebelum zaman Bali terakhir, maka Empu Kuturan belum ada padmasana kala itu.

Maka padmasana ada pada rong tiga di bagian tengahnya. Sehingga rong telu boleh disembah siapa saja karena di tengahnya adalah konsep Tuhan,” ujar beliau.

Kalau di samping kanan kiri memang tidak boleh karena tempat leluhur. Siwa itu sendiri berada di tengah.

Makanya, kata beliau, tidak ada istilah harus ngenteg linggih. Sebab ngenteg linggih nanti dilakukan apabila orang yang mempunyai merajan, mau memperbaiki merajannya.

Sementara jika ada keluarga yang meninggal, tidak harus ngenteg linggih.

“Tunggu dulu jika merajannya ada rusak dan perlu diperbaiki baru ngenteg linggih,” tegas ida.

Beliau menyebutkan, biasanya sebuah merajan perlu ngenteg linggih.

 Kurun waktunya dari membuat merajan sampai ngenteg linggih antara 25-30 tahun.

Ngenteg linggih itu, ketika bangunan di merajan diperbaiki kemudian mupuk pedagingan juga antara 25-30 tahun.

“Nah kalau maajar-ajar hubungannya dengan ngenteg linggih, bukan hubungannya dengan mamukur atau nyegara gunung,” tegas ida kembali.

Hubungan maajar-ajar adalah ngenteg linggih. Ketika ada upacara ngenteg linggih, atau perbaikan merajan dan mupuk pedagingan ada upacara ngenteg linggih.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved