Serba Serbi

Ini Penjelasan Sulinggih Soal Perbedaan Nyegara Gunung dan Meajar-ajar, Serta Makna Ngenteg Linggih

ida rsi menjelaskan hal tersebut karena ketika roh itu belum di-linggih-kan, dan baru dilakukan nyegara gunung.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
tribunbali/dewa dedy farendra
ilustrasi persembahyangan di Pura Goa lawah, Klungkung, Bali. Ini Penjelasan Sulinggih Soal Perbedaan Nyegara Gunung dan Meajar-ajar, Serta Makna Ngenteg Linggih 

Pada waktu itu, akan nunas pekuluh dan berbeda dengan nunas tirta biasa.

“Artinya memohon air suci yang biasanya diletakkan di dalam bumbung bambu. Dilakukan pada waktu akan melakukan upacara ngenteg linggih,” jelas ida.

Kemana nunas tirta pakuluh itu?, yakni ke Pura Lempuyang, Besakih, Batur, kahyangan keluarga atau kawitan, dan terbatas tidak semua akan dicari di semua tempat.

Setelah upacara ngenteg linggih selesai , untuk mengucapkan rasa terimakasih ke pura yang nunas pakuluh dan menyambung hubungan merajan dengan pura itu barulah melakukan upacara maajar-ajar.

Maajar-ajar, berasal dari kata ojar artinya pemberitahuan.

 “Artinya kita sudah memberitahu bahwa sudah melakukan upacara ngenteg linggih di merajan,” ucap beliau.

Sehingga harus menyampaikan ke pura itu dan menyambung rasa bakti dengan asih dari pura itu.

Sehingga tidak salah kaprah dan salah tangkap dengan konsep ngenteg linggih.

Beliau mengatakan, apabila masyarakat mempunyai dana lebih maka maajar-ajar bisa membawa lingga atau daksina, yang ada di merajan ke pura yang pernah nunas pekuluh tadi.

Dan di sana inti sari banten meajar-ajar ada. Tipat bantal adalah inti dari meajar-ajar. Simbol daripada pejauman.

 “Jaum itu artinya alat untuk menyambung,” kata ida.

Ada konsep purusha dan pradana di tipat bantal ini.

“Artinya kita berterima kasih kepada Ida Bhatara yang ada di sana, dan menyambung rasa bakti kita kepada linggih yang ada di sana,” ujar beliau.

Bagi yang tidak punya uang, boleh datang ke pura yang tadinya nunas pekuluh hanya membawa keben dengan inti upacara adalah tipat bantal itu.

 Tidak perlu juga membawa lingga itu lagi. Tapi matur uning ke sana.

Ini yang disebut dengan maajar-ajar, bukan setiap orang mamukur atau nyekah melakukan maajar-ajar. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved