Berita Bali
Informasi di Dunia Digital Dikuasai Sampah, Lama Kelamaan Sampah Jadi Kebenaran
Di era media lama atau konvensional, produsen berita adalah juga sekaligus distributornya.
Penulis: Sunarko | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
"Celakanya, algoritma ini tidak ramah pada jurnalisme. Ekosistem media saat ini bukan ekosistem media yang kita kenal sebelumnya," kata Wensleus.
"Sekitar 90 persen berita adalah produksi oleh media tapi platform untuk distribusinya dikuasai 80 bahkan 90 persen oleh perusahaan teknologi seperti Google, Facebook, YouTube. Dan lama-kelamaan, aturan main mereka akan menentukan jurnalisme," imbuhnya.
Salah-satu platform distribusi konten/berita adalah medsos.
Medsos, kata Wensleus, bukanlah media. Di sana ada juga influencer.
Psikologi pengguna dan audiens medsos adalah psikologi massa kerumuman.
Karena psikologi kerumuman, orang telanjang lebih diminati untuk dilihat daripada orang berpakaian rapi.
"Medsos ini sudah demikian luas pengaruhi kehidupan. Maka, tugas AMSI adalah bagaimana bangun ekosistem media yang sehat di tengah kenyataan seperti ini," kata Wensleus.
"Masalah di digital saat ini, informasi sampahnya terlalu banyak. Sedangkan media jurnalistik sebagai penyapu sampah, jauh lebih sedikit jumlahnya daripada sampahnya. Informasi sampah yang banyak itu juga didaur ulang, sehingga lama-lama sampah itu diterima sebagai kebenaran. Apa jadinya jika isi kepala publik dijejali sampah seperti maraknya hoaks dan fake news," ucap Wensleus.
Karena itu, lanjut dia, AMSI concern dengan cek fakta dan jurnalisme data sehingga publik memperoleh kualitas informasi.
Dalam kesempatan itu, Wensleus juga mengungkapkan hikmah pandemi bagi media.
"Dengan adanya pandemi, media kembalilah pada konten-konten yang miliki kedekatan atau proximity dengan audiens lokal. Yakni informasi yang jadi rujukan oleh para stakeholders lokal," kata Wens.
Pembukaan Konferwil I AMSI Bali ini dihadiri oleh pejabat Diskominfo Bali, Ketua Komisi Informasi Bali, dan anggota Komisi 1 DPRD Bali.
Sementara itu, I Nengah Muliartha, Ketua AMSI Bali demisioner, juga menegaskan bahwa informasi sampah menjadi musuh bersama AMSI Bali.
"Kami sudah melakukan pelatihan cek fakta. Kini AMSI Bali miliki anggota bisa jadi trainer cek fakta," kata Muliartha.(*).