Berita Gianyar

Kasus Demam Berdarah di Gianyar Turun Drastis di Tahun 2021, Dari Ratusan Per Bulan, Kini Belasan

Di tengah pandemi Covid-19, jumlah kasus demam berdarah di Kabupaten Gianyar, Bali, mengalami penurunan signifikan

Tribun Bali/dwi suputra
ilustrasi nyamuk - Kasus Demam Berdarah di Gianyar Turun Drastis di Tahun 2021, Dari Ratusan Per Bulan, Kini Belasan 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Di tengah pandemi Covid-19, jumlah kasus demam berdarah di Kabupaten Gianyar, Bali, mengalami penurunan signifikan.

Per Januari - Februari 2021 ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Gianyar telah mencatat 26 kasus.

Padahal dalam bulan yang sama di tahun 2020, jumlah kasus sudah mencapai ratusan kasus.

Berdasarkan data Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Gianyar, Kamis 11 Maret 2021, kasus demam berdarah di Gianyar terjadi setiap bulan.

Baca juga: Demam Berdarah Dengue di Tengah Pandemi Covid-19, Apa yang Harus Dilakukan?

Baca juga: Cegah Kasus Demam Berdarah, Wabup Buleleng Imbau Setiap Keluarga Miliki Jumantik

Baca juga: Demam Berdarah Jadi Momok bagi Masyarakat Jembrana, 30 Alat Fogging Disebar ke Karang Taruna

Pada Januari 2021, jumlah masyarakat terjangkit sebanyak 19 orang dan pada Februari sebanyak 7 orang.

Pada Februari, kasus sebagian besar menyerang balita dan masyarakat di usia 15 tahun ke atas.

Sementara para anak-anak rentan usia 5 sampai 14 tahun nihil pada Februari.

Namun pada Januari, kasus DBD didominasi anak rentang usia 5-14 tahun, sebanyak 6 kasus, di mana 5 di antaranya adalah anak perempuan.

Namun dibandingkan angka tahun 2020, jumlah kasus tahun ini jauh lebih sedikit.

Sebab pada Januari 2020 sebanyak 132 kasus.

Sementara per Februari 2020 juga sebanyak 132 kasus.

Kepala Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Gianyar, Anak Agung Anom Sukamawa mengatakan, demam berdarah merupakan suatu penyakit endemik.

Karena itu, kasus ini terjadi setiap tahun dan menjangkiti warga setiap bulan.

Namun ia menegaskan saat ini memang terjadi penurunan signifikan dibandingkan tahun lalu.

Menurut Agung Sukamawa, menurunnya jumlah kasus kali ini, tak terlepas dari mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam memberantas sarang nyamuk, serta kerja keras yang dilakukan oleh para kader Jumantik.

"DB masih adat, karena termasuk endemik sehingga terjadi setiap tahun. Tapi saat ini tidak terlalu banyak, sudah dikalahkan oleh Covid-19," ujarnya lalu tertawa.

Pantauan Tribun Bali di lapangan, selama pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak warga kehilangan pekerjaan dan penghasilan, juga memiliki sisi positifnya.

Di mana saat ini, banyak warga yang memiliki banyak waktu di rumahnya.

Dalam mengisi waktu, mereka senantiasa membersihkan kawasan rumah dan memberantas sarang-sarang nyamuk.

Seorang warga Sayan, Ubud, Ni Putu Asri Utami Dewi selama ini bekerja sebagai pedagang kecil di depan rumahnya.

Disebabkan daya beli masyarakat yang menurun, menyebabkan ia kerap bengong.

Supaya tidak jenuh, ia pun melakukan bersih-bersih, terutama membersihkan genangan air di atas plastik ataupun botol yang selama ini sering tidak terjamah.

"Mungkin karena itu, di awal tahun ini yang tekena DB suah tidak ada. Biasanya setiap tahun ada saja tetangga yang kena," ujarnya.

Diapun mengimbau supaya setiap warga melakukan hal serupa.

"Sekecil apapun upaya kita, pasti ada hasil,"ujarnya. (*).

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved