Kesehatan

WHO : Obesitas di Indonesia Berlipat Ganda Dua Dekade Terakhir

WHO dan UNICEF melaporkan jumlah orang dewasa dengan berat badan berlebih di Indonesia telah berlipat ganda selama dua dekade terakhir.

tribun bali/dwisuputra
Ilustrasi obesitas 

TRIBUN-BALI.COM - WHO dan UNICEF melaporkan jumlah orang dewasa dengan berat badan berlebih di Indonesia telah berlipat ganda selama dua dekade terakhir.

Organisasi tingkat global itu menyerukan perlu ada upaya segera untuk meningkatkan undang-undang, kebijakan dan peraturan untuk mengekang ketersediaan makanan dan minuman yang tidak sehat.

Obesitas pada anak juga meningkat, dimana satu dari lima anak usia sekolah dasar dan satu dari tujuh remaja di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, menurut Survei Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) 2018.

Baca juga: Lebih Mudah Terkena Penyakit Berat, Ini 5 Tanda Seseorang Mengalami Obesitas yang Perlu Diwaspadai

Baca juga: Pola Hidup Sehat Kunci Tuntaskan Diabetes dan Obesitas

Baca juga: Cegah Obesitas hingga Perlambat Mutasi Sel Kanker, Berikut Manfaat Makan Makanan Pedas

Anak dan remaja yang mengalami obesitas cenderung menderita penyakit tidak menular seperti diabetes dan berbagai penyakit kardiovaskular, juga mengalami depresi karena stigma.

Mereka lebih mungkin absen dari sekolah, mengalami penurunan prestasi belajar dan lebih mungkin tidak menyelesaikan pendidikan tinggi. Anak yang mengalami obesitas juga berisiko menjadi orang dewasa yang obese.

“Gizi yang baik bukan hanya tentang memiliki cukup makanan untuk dimakan tetapi juga mendapatkan makanan yang tepat untuk dimakan,” kata Perwakilan UNICEF Debora Comini dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Kamis (4/3/2021).

Debora melanjutkan, banyak anak-anak dan remaja di Indonesia memiliki sedikit pilihan untuk makanan sehat dan bergizi, lantaran orang tua yang tidak memiliki pengetahuan memadai untuk mengambil keputusan terbaik terkait pilihan makanan keluarga mereka.

"Tingkat obesitas di Indonesia meningkat pesat baik di rumah tangga kaya maupun miskin karena mereka beralih dari pola makan tradisional ke produk olahan yang seringkali lebih tinggi lemak dan gula, dan lebih murah daripada makanan sehat," ungkapnya.

Orang yang tinggal di daerah perkotaan lebih cenderung kelebihan berat badan karena akses kemakanan olahan lebih mudah.

Kehidupan kota juga dikaitkan dengan gaya hidup yang lebih banyak duduk, terutama di kalangan perempuan dan anak perempuan, karena infrastruktur yang tidak memadai seperti trotoar sempit dan kurangnya taman, yang membatasi kesempatan untuk berolahraga.

“Data ini adalah pengingat yang kuat bahwa obesitas adalah krisis kesehatan masyarakat global saat ini,” kata Perwakilan WHO Dr N. Paranietharan.

WHO mendorong negara-negara untuk mengatasi faktor- faktor yang berkontribusi terhadap obesitas dengan memberlakukan disinsentif pada konsumsi yang tidak sehat, mempromosikan ketersediaan makanan sehat dan partisipasi yang lebih besar dalam gaya hidup aktif.

Akses murah dan mudah ke makanan tidak sehat, bersama dengan praktik pemasaran dan pengemasan yang eksploitatif, secara langsung terkait dengan pertumbuhan kelebihan berat badan dan obesitas.

Di kalangan orang dewasa dan anak-anak, asupan makanan olahan sangat terkait dengan kelebihan berat badan, dengan konsumsi soda terutama terkait dengan obesitas di kalangan pria dewasa.

Mie instan dan minuman manis juga menyebabkan peningkatan kadar protein C-reaktif - penanda risiko kardiovaskular, menurut penelitian yang menggunakan data perwakilan nasional.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved