Berita Klungkung
Anak Putus Sekolah di Klungkung Mencapai 206 Orang, Tertinggi di Nusa Penida
Angka siswa tidak bersekolah di Kabupaten Klungkung, Bali mencapai 206 orang, tersebar di 4 Kecamatan di Klungkung.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Angka siswa tidak bersekolah di Kabupaten Klungkung, Bali mencapai 206 orang, tersebar di 4 Kecamatan di Klungkung.
Kepala Dinas Pendidikan Klungkung I Ketut Sujana menjelaskan, berdasarkan pendataan terbaru, jumlah anak tidak sekolah di usia sekolah di Klungkung mencapai 206 orang.
Data ini sudah diverifikasi, dengan nama dan alamat.
Jumlah angka putus sekolah tertinggi ada di Nusa Penida, berjumlah 103 orang.
Sementara di Kecamatan Klungkung 27 orang, Kecamatan Banjarangkan 37 orang dan Kecamatan Dawan berjumlah 37 orang.
Baca juga: Ada Kepala Desa hingga Anggota Dewan di Klungkung Berijazah Kejar Paket C
Baca juga: 93 Sulinggih di Klungkung Telah Terima Vaksin Covid-19
Baca juga: Nusa Penida Diusulkan Kawasan Zona Hijau Pariwisata, Klungkung Percepat Proses Vaksinasi
Ada berbagai alasan seorang anak memilih putus sekolah, mulai dari keterbatasan ekonomi, rendahnya motivasi belajar dari siswa.
Ada juga seorang siswa yang terpaksa putus sekolah, karena menikah.
" Ada berbagai macam alasan anak tidak sekolah, banyak karena faktor ekonomi keluarga, tapi banyak juga karena motivasi untuk menempuh pendidikan formal rendah. Padahal SD sampai SMP kan gratis, dan mereka tetap tidak sekolah karena memang karena motivasi untuk belajar rendah," jelas Sujana, Senin 22 Maret 2021.
Bahkan menurutnya, petugas Dinas Pendidikan harus ekstra sabar saat melakukan pendataan terkait angka putus sekolah ini, karena berbagai tanggapan dari orang tua siswa, yang memilih tidak melanjutkan sekolah.
Baca juga: Pemkab Klungkung Akan Buat Kesepakatan dengan Pihak Swasta Terkait Ambulans Laut
Baca juga: Percepatan Penataan Kawasan Nusa Penida, Pemkab dan Polres Klungkung Tandatangani Nota Kesepakatan
" Walau pun demikian, ini tugas kami untuk menuntaskan masalah ini untuk menunjang kualitas dan mutu pendidikan di Klungkung," ungkapnya.
Mengatasi masalah ini, Dinas Pendidikan akan membentuk relawan belajar.
Nanti anak tidak sekolah di satu desa akan dibentuk kelompok, lalu relawan belajar dari kalangan guru PNS akan diminta mendidik anak tidak sekolah tersebut.
" Relawan belajar biasanya kami ambil dari guru berstatus PNS di wilayah itu. Bahkan bisa door to door juga," jelasnya.
Untuk mendapatkan ijazah, mereka nanti diminta mengikuti ujian kesetaraan sesuai jenjang pendidikannya.
Misal ujian paket A untuk SD, ujian paket B untuk SMP, dan ujian paket C untuk SMA.
" Ujian kesetaraan untuk tahun ini dilaksanakan bulan April. Karena pandemi, teknis ujiannya masih kami rancang. Tapi karena keterbatasan fasilitas, ujian kesetaraan kemungkinan besar akan luring (luar jaringan) dengan menerapkan protokol kesehatan," ungkap Sujana.
Angka anak tidak sekolah atau putus sekolah di Klungkung sempat menjadi sorotan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta saat melakukan tinjauan ke Desa Besan, Klungkung, Minggu 21 Maret 2021.
Saat perhatian Suwirta tertuju pada sosok remaja pria usia sekolah, berambut gondrong dan mengenakan anting pada kedua kupingnya, Suwirta pun memanggil remaja tersebut dan mengajaknya berbincang.
Dalam perbincangan itu, remaja tersebut mengaku bernama Nengah Sudarma (16).
Ia telah putus sekolah saat duduk di bangku kelas 8 SMP dan berasal dari keluarga kurang mampu.
Mendengar cerita Sudarma, Suwirta pun menasihatinya agar kembali melanjutkan sekolah jika situasi sudah normal.
Karena jika hanya berbekal ijazah SD, maka tidak akan mampu bersaing di dunia kerja apalagi di era seperti sekarang.
" Hal-hal seperti inilah yang akan menyebabkan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi rendah dan akan menumbuhkan angka kemiskinan yang baru," ujar Suwirta.
Mengantisipasi hal itu, dirinya langsung memerintahkan perangkat Desa Besan untuk mendata warganya yang mengalami putus sekolah.
Menurutnya putus sekolah tidak hanya dikarenakan oleh faktor ketidakmampuan pihak keluarga, namun juga akibat pergaulan dan tidak adanya dorongan untuk mengarahkan anak untuk belajar di sekolah.
"Perangkat desa saya minta supaya secepatnya mendata anak-anak kita yang mengalami putus sekolah. Selanjutnya mengikutsertakan siswa putus sekolah dalam program belajar kejar paket C," tegas Suwirta. (*)
Berita lainnya di Berita Klungkung