Berita Bali
Kecam Terorisme di Makassar, KAHMI Bali: Tangkal Radikalisme Melalui Hukum, Ekonomi, dan Literasi
Barharap pemerintah menangkal radikalisme secara komprehensif melalui penegakan hukum yang adil, akses ekonomi yang merata, dan literasi keagamaan
Penulis: Ragil Armando | Editor: Noviana Windri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Koordinator Presidium Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Bali Umar Ibnu Al-Khattab bersikap menanggapi serangan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28 Maret 2021 kemarin sekitar pukul 10.20 WITA.
Ia mengharapkan pemerintah menangkal radikalisme secara komprehensif melalui penegakan hukum yang adil, akses ekonomi yang merata, dan literasi keagamaan yang rasional.
"Kami dari KAHMI menyampaikan rasa empati kepada para korban dan mengutuk tindakan yang tak berakhlak tersebut," katanya dalam keterangan persnya di Denpasar, Selasa 30 Maret 2021.
Pria yang juga Kepala Perwakilan Ombudsman Bali itu menjelaskan, pemerintah harus menangkal radikalisme melalui kebijakan yang komprehensif, karena sumber terorisme itu bisa bersumber dari masalah hukum, ekonomi, dan pendidikan/literasi.
"Penegakan hukum harus ditegakkan dengan adil, jadi hukum harus tajam ke bawah, juga tajam ke atas. Selain itu, akses ekonomi juga harus merata, sehingga menciptakan suasana politik yang kondusif," kata alumnus HMI Cabang Bulaksumur, Yogyakarta itu.
• KAHMI Bali: Tangkal Radikalisme Melalui Hukum, Ekonomi dan Literasi Keagamaan yang Rasional
• Wakil Gubernur Bali Sambut Baik Gagasan KAHMI Bali Perkuat Wisata Bahari
• Dilantik, KAHMI Bali Perkuat Solidaritas Kebangsaan
Menurut Umar, KAHMI Bali sendiri akan berusaha menjadi minoritas kreatif di Bali dengan tetap membangun solidaritas kebangsaan sebagai karakter khas kader HMI dan KAHMI yang inklusif dalam berinteraksi dengan sesama anak bangsa.
"Langkah yang juga penting dilakukan pemerintah adalah mengembangkan literasi keagamaan yang bersifat rasional. Dalam aspek inilah, KAHMI Bali akan bersinergi dengan jajaran pemerintah dan komunitas masyarakat Bali lainnya untuk menangkal radikalisme secara edukatif," katanya.