Berita Denpasar
Kisah Pilu Nenek Reni, Warga Tabanan, Hampir Bunuh Diri di Rel Kereta Api
Ketut Reni tak kuasa menahan tangis, sembari melahap nasi yang ada di tangannya saat ditemui di kawasan Renon
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
“Saya bilang agar nenek Reni diam saja dulu di rumah, sembari mencari jalan keluarnya,” kata pria dengan rompi abu-abu ini.
Kalau tidak mau tidur di rumah, ia menyarankan nenek untuk ke pura di dekat sana.
Menginap di sana, dan kalau sudah bosan kembali ke rumahnya.
Setelah dia tenang, dua hari kemudian ia memberikan alamat anaknya, berada di Cikarang Barat.
Akhirnya secara kedinasan, ia melaporkan ke RT bahwa ada nenek Reni di rumahnya.
Secara adat, ia juga menjelaskan ke kelihan banjar.
Akhirnya kelihan banjar meminta waktu untuk musyawarah dengan perangkat lainnya.
Termasuk dengan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI).
Akhirnya seminggu kemudian ada rapat Parisadha, yang memutuskan agar saling mengontak Parisadha lainnya.
Baik Parisadha pusat maupun wilayah tersebut, dan PHDI Bali. Hingga nenek Reni bisa sampai di Bali dan ditangani Dinas Sosial Provinsi Bali.
“Akhirnya PHDI Provinsi Banten menanyakan ke saya, apakah nenek Reni ini mau dipulangkan ke Bali,” ujarnya.
Ia menjawab bahwa nenek Reni awalnya tidak mau.
Nenek Reni tidak mau kembali ke rumah anaknya yang berada di Cikarang.
“Nenek Reni mau ke Bali, tetapi tidak mau kembali ke Geluntung,” tegasnya.
Hal ini disampaikan ke Ketua PHDI Banten.