Berita Denpasar

Kisah Pilu Nenek Reni, Warga Tabanan, Hampir Bunuh Diri di Rel Kereta Api

Ketut Reni tak kuasa menahan tangis, sembari melahap nasi yang ada di tangannya saat ditemui di kawasan Renon

Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
Kondisi nenek R saat ditemui di Rumah Singgah Provinsi Bali - Kisah Pilu Nenek Reni, Warga Tabanan, Hampir Bunuh Diri di Rel Kereta Api 

Berkat kerjasama PHDI Banten dan Bali, serta Dinas Sosial Provinsi Bali.

Nenek Reni berhasil kembali ke Pulau Dewata dengan selamat.

Termasuk bantuan PHDI Serang, PHDI Cilegon, bekerjasama dalam proses membantu kepulangan nenek ini.

Gusti Mustika yang mengajak nenek Reni tinggal di Cilegon, selama kurang lebih satu bulan.

Merasakan kesan tersendiri.

Terlihat dari caranya memperlakukan sang nenek, sudah seperti ibunya sendiri.

Tidak ada sekat diantara mereka saat mengobrol.

“Kesan saya, selama nenek Reni tinggal di rumah, ia sangat antusias untuk semangat hidup yang bangkit kembali. Secara agama juga bagus,” jelasnya.

Ia pun berharap, jangan sampai muncul nenek Reni lainnya. Ia sangat sedih melihat orangtua telantar seperti ini.

Sampai nenek ini depresi dan sedih yang mendalam. Ia menjelaskan, kemungkinan yang membuat nenek ini depresi adalah ketika jam 1 malam berangkat dari Cikarang.

Sedihnya saat berangkat dari Cikarang itu, dalam kondisi diusir oleh anaknya.

Awalnya sang anak menyuruh nenek ke Bali, namun nenek Reni tidak mau kembali ke Geluntung.

Lalu diputuskan ingin ke Lampung saja.

“Nah ke Lampung ini dengan alamat dan orang yang dituju tidak jelas,” katanya.

Gusti Mustika tidak tahu persis, kenapa alasan nenek Reni tidak mau kembali ke Bali.

Namun Gusti Mustika sempat menghubungi keluarganya yang di Geluntung.

Dan mereka juga menolak kedatangan nenek Reni ini ke sana.

“Pokoknya tiang tidak mau terima nenek Reni kembali ke sini, anaknya saja tidak mau mengajak, apalagi saya,” katanya menirukan jawaban keluarga di Geluntung.

Ia pun bertanya alasannya, dan dijawab hanya keputusan semua orang tidak mau nenek Reni kembali.

Akhirnya ia mengontak PHDI dan Dinsos untuk dibantu mencarikan lokasi tinggal nenek Reni di Bali.

“Saya bisa ke Bali, atas bantuan dana punia umat Hindu yang ada di Banten. Membuka dompet amal dan terkumpul dana Rp 4,5 juta,” sebutnya.

Biaya ini pun digunakan untuk membawa nenek Reni ke Bali.

Ia pun mengucapkan terimakasih kepada PHDI Banten, PHDI Bali, dan Dinas Sosial Provinsi Bali terkait bantuan ini.

Sebab ia telah menganggap nenek Reni sebagai ibu kandungnya sendiri.

Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali, Dewa Mahendra, menjelaskan, memang kewajibannya di dinas sosial untuk menerima dan merawat nenek Reni.

Kemudian agar lebih terfasilitasi, nenek Reni dibawa ke panti, khususnya ke pantai tempat orang tua telantar atau ditelantarkan, yakni panti lansia yang ada di Wana Sraya. Kemudian di Buleleng juga ada.

“Bisa ditempatkan di sana,” jelasnya.

Kemudian ada juga yang dari yayasan, dengan panti yang juga bagus dan representatif.

“Begitu nenek Reni datang dibawa ke rumah singgah, sesuai amanat perda lansia. Kami responsif begitu selesai perda, ya saya sudah fungsikan ini,” katanya di depan kamar tempat sang nenek rebahan seusai makan.

Mantan Karo Humas Provinsi Bali ini, selanjutnya akan melakukan cek kesehatan serta prosedur lainnya.

Apalagi sang nenek memang memiliki sisi traumatiknya sendiri.

Setelah mulai pulih baru ditempatkan di panti khusus lansia.

Apalagi nenek ini ditelantarkan, tentu menjadi kewajiban pemerintah untuk merawatnya.

“Kami atensi benar lah kasus ini,” tegasnya.

Pihaknya pun terus bersingergi dengan tim relawan Bali. Untuk hal yang sifatnya emergency, akan cepat ditangani oleh Dinsos Bali.

(AA Seri Kusniarti)

Kumpulan Artikel Denpasar

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved