Serba Serbi
Roh Halus dan Bhatara Menyenangi Orang Melik, Benarkah Demikian?
Satu diantara kepercayaan, yang secara umum ada di antara masyarakat Hindu di Bali adalah kepercayaan tentang kelahiran melik.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Memiliki kelebihan tetapi juga tentu ada kekurangannya. Atau kelemahannya.
Namun apabila kelemahan itu dapat diketahui lebih dini, dan cepat di-manage atau ditanggulangi maka ia akan menjadi orang yang melebihi kemampuan orang biasa.
Apabila tidak diperhatikan dan disepelekan maka kehidupannya dimungkinkan akan memiliki beberapa masalah.
Oleh karena itu, orang melik sebenarnya lebih hebat dari orang biasa lainnya.
"Tidak usah merasa takut memiliki keluarga melik, karena ia memiliki kelebihan dari orang biasa," tegas ida. Orang yang disebut melik, perlu diperhatikan. Agar tidak timbul hal yang tidak diinginkan.
Namun sebaliknya, apabila ditangani dengan baik. Justru anak melik ini akan menjadi anak hebat.
"Nah untuk mengetahui orang itu melik kelahiran, perlu diketahui melalui pewacakan kelahiran," sebut beliau.
Kemudian untuk menetralisir kelahiran melik ini, dilakukan dengan pabayuhan oton dan panglukatan wewaran serta panglukatan wuku juga panebusan. Sehingga orang kelahiran melik ini, tidak harus berujung tragis atau bahaya.
"Nah antara lain pantangan-pantangannya harus ditaati, misalnya tidak makan lungsuran dalam acara Pitra Yadnya (orang meninggal). Tidak makan daging sapi, masuk di bawah kolong atau jemuran dan lain sebagainya.
Pandita, yang juga mantan jurnalis ini menjelaskan, bahwa pabayuhan atau panglukatan kelahiran melik tidaklah mahal. Bisa dengan panglukatan memakai air klebutan.
Baca juga: Catat! Selasa Kliwon Kulantir Adalah Pemujaan Bhatara Mahadewa
"Sedangkan untuk banten pabayuhan boleh ditunda, apabila belum punya. Namun sesungguhnya biaya banten ini juga paling tinggi Rp 2 juta, sudah termasuk oton pabayuhan dan penebusan," sebut ida rsi.
Banten pabayuhan tergantung dari hari kelahiran (wewarannya).
Ada yang disebut dengan Saptawara, mulai dari Redite sampai Saniscara. Kemudian ada Pancawaranya (Umanis, Paing, Pon, Wage, Kliwon).
"Sehingga tiap-tiap orang pasti berbeda, sesuai hari lahirnya masing-masing. Atau di Bali sesuai wewarannya dan itu berbeda-beda," tegasnya. Maka isi bebayuhannya juga berbeda.
Mengenai paradigma, seorang yang lahir melik disukai roh halus hingga disayang bhatara. Ida menjawabnya dengan diplomatis.