Berita Denpasar
Saat Berlangsungnya Kerauhan Ida Bhatara Serangkaian Tradisi Pangrebongan Akan Terapkan Prokes Ketat
Untuk itu, pemedek atau krama adat akan dibagi kedatangannya. Sehingga tidak berkerumun, sesuai dengan prokes imbauan jaga jarak
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Kemudian setelah ngerebong, adalah ngerebeg dengan membawa tumbak-tumbak. Biasanya berpakaian poleng.
“Saya juga ikut di sana saat ngerebong nanti, lalu di depan saya ada namanya Mangku Gumi,” sebut tetua desa ini.
Mider dilakukan sebanyak tiga kali, baru setelah itu nyimpen ke tengah pura.
Setelah itu ada prosesi selanjutnya. Lalu setelah malejar baru ngunying. Tempatnya di Pura Agung Petilan Pangrebongan.
“Petilan dalam kamus Jawa Kuna berarti rakyat atau hamba. Tilan dalam Jawa Kuna adalah rakyat, maka Petilan adalah kumpulan rakyat. Atau rakyat Kesiman dan sekitarnya berada di sana,” jelasnya.
Ia menegaskan pula, kerauhan hingga ngunying atau ngurek saat ngerebong itu, memang adalah kehadiran ida bhatara ke dalam tubuh umat yang dipilih beliau.
“Sejak dahulu memang, orang yang ngerebong membawa keris,” katanya.
Bahkan ada yang berada di luar pura, jika memang dipilih maka ia harus diajak ke dalam area ngerebong.
Siapapun itu, biasanya yang terpilih akan kerauhan. Terkadang pecalang yang kerauhan, itu artinya ia harus ikut ngerebong.
“Bhatara yang memilih umatnya, lalu yang terpilih ini diajak ke tengah ikut ngerebong. Ada yang ngunying, ada lanang ada istri memang pilihan ida bhatara. Istilahnya terkena ketelan ida dan kerauhan serta tidak sadar,” ujarnya.
Baca juga: Cerita Batu Perahu, Saksi Bisu Kisah Kedatangan Ratu Gede Mas Mecaling dari Nusa Penida ke Kesiman
Uniknya, seseorang yang kerauhan terkadang merasa dadanya membesar saat dada itu akan ditusuk keris.
Ia merasa badannya menebal seperti ada perisai yang melindunginya secara niskala. Inilah yang disebut keagungan dewata dalam kehidupan beragama Hindu di Bali. Sehingga saat umat itu menusuk keris atau ngurek, badannya tidak terluka.
Bahkan terkadang bukan hanya di dada, ada yang ngurek juga di ulu hati, leher, hingga ke matanya.
Namun hingga saat ini semuanya selamat, karena memang itu adalah karunia ida bhatara-bhatari yang berada di sana.
Kemudian setelah para umat menghaturkan ayah ini, mereka juga merasa senang. Bahkan yang tidak dapat menghaturkan ayah, akan merasa ada yang bergetar di dadanya.