Berita Denpasar

Saat Berlangsungnya Kerauhan Ida Bhatara Serangkaian Tradisi Pangrebongan Akan Terapkan Prokes Ketat

Untuk itu, pemedek atau krama adat akan dibagi kedatangannya. Sehingga tidak berkerumun, sesuai dengan prokes imbauan jaga jarak

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/ Rizal Fanany
Salah satu prosesi Pangrebongan di Kesiman 

Setelah itu umat akan diberikan tirta, dan ia sadar serta senang setelah menghaturkan ayah.

“Tidak hanya pemangku saja, siapapun yang diketel oleh ida bhatara pasti akan ikut ngerebong,” katanya.

Tujuan ngerebong ini, kata dia, adalah memang untuk pembersihan jagat.

Dahulu dipercaya agar jagat Kesiman aman, damai, sentosa, dan tidak grubug atau terhindar dari malapetaka.

“Ngerebo desa ini sesuai dengan isi dari prasasti Meranggi,” imbuhnya. 

Awalnya bernama ngerebo desa, lama-lama namanya menjadi ngerebong lalu pangrebongan. Yang intinya adalah ida bhatara mider buana ke kiri.

“Dua kali memang tidak dilaksanakan karena pandemi, namun sekarang akan kembali dilakukan. Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat,” ucapnya.

Hal ini sudah melalui rapat desa adat. Ia mengatakan, terkadang pemangku juga kerauhan di rumahnya sebab ida bhatara tedun.

Mangku kerauhan dan meminta agar ngerebong dilakukan lagi. Sebab walaupun kemarin ngubeng, tetap saja ada yang kerauhan.

Beruntungnya, sejak dahulu dilakukannya ngerebong, masyarakat Kesiman aman sejahtera hingga saat ini.

Ngerebong juga sudah diakui sebagai warisan budaya non benda di Indonesia, dan sudah dimulai sejak abad ke-16 hingga saat ini. (*)

Artikel lainnya di Berita Denpasar

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved