Serba Serbi

Meninggal Dunia karena Salah Pati, Ini Tata Cara Upacara Pitra Yadnya dalam Hindu Bali

Meninggal karena usia dan sakit. Kemudian salah pati, atau kecelakaan. Serta ngulah pati seperti bunuh diri.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti. 

Disebutkan dalam lontar Yama Purana Tattwa, Yama Purwa Atma Tattwa, Yama Purwana Tattwa, dan masih banyak lagi lontar-lontar tentang pengabenan. Bahwa disebutkan, orang meninggal seperti yang disebutkan dalam berita, maka upacara pengabenan ditunda selama waktu yang ditentukan.

“Biasanya setelah lewat satu tahun. Karena kematiannya ini dianggap tidak wajar, yang juga disebut salah pati,” tegas pensiunan dosen Unhi ini.

Bisa dengan ditanam (kubur) terlebih dahulu, sampai tiba waktunya diaben. Seperti dijelaskan dalam lontar-lontar tentang tata cara upacara pengabenan.

Agama Hindu yang melekat dengan adat dan budaya, memang memiliki aturan tersendiri dan secara turun-temurun diikuti oleh generasi penerus. Bahkan di berbagai wilayah pun, memiliki keunikannya tersendiri.

Walau demikian, inti dari yadnya suci di Bali adalah kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa.

Begitu juga pitra yadnya, atau upacara untuk mengembalikan roh manusia yang telah meninggal kepada sang pencipta. Seperti yang diceritakan, Ida Pedanda Gde Keniten, dari Gria Gede Jumpung, Banjar Lebah, Timpag, Kerambitan, Tabanan.

 Beliau menjelaskan, bahwa di bumi ini ada 3 kekuatan besar yang mengaturnya dari zaman ke zaman. Diantaranya, utpeti, stiti, dan pralina.

“Utpeti adalah proses penciptaan, stiti adalah pemeliharaan, dan pralina adalah proses peleburan atau kematian,” jelasnya kepada Tribun Bali, Minggu beberapa waktu lalu.

Dalam utpeti, semuanya telah melalui proses upacara dan upakara baik dari dalam kandungan hingga lahir ke dunia.

Demikian juga stiti, ketika manusia hidup dan bertumbuh hingga menikah dan dewasa lalu memiliki keturunan.

Baca juga: Rencana Pengabenan Jenazah Brigjen Putu Danny, Abunya Dimakamkan di TMP Kalibata & Dibawa ke Bali

Kehidupan pun berlanjut, hingga pralina atau kematian sebagai kodrat manusia dan alam semesta.

“Tidak mungkin makhluk hidup bisa menghindar dari kematian, semua orang pasti meninggal,” tegas beliau.

Ida pedanda, melanjutkan ketika manusia meninggal ini pun dilihat prosesnya. Apakah seseorang itu meninggal dalam kondisi yang benar, salah pati atau bahkan ngulah pati.

Salah pati, kata ida, semisal kematian yang tidak terduga seperti dicotot ular, kecelakaan, diserang harimau dan sebagainya.

Sedangkan ngulah pati adalah karena kehendak sendiri, semisal bunuh diri atau mengambil jalan pintas lainnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved