Berita Klungkung

Banyak Sampah Plastik di Perut Ikan, Seekor Lumba-Lumba Mati di Pantai Batu Tumpeng Klungkung

Seekor ikan lumba-lumba yang tidak berhasil dievakuasi warga ke tengah laut, ditemukan mati di pesisir Pantai Batu Tumpeng

BPBD Klungkung
Seekor ikan lumba-lumba mati karena terdampar di Pantai Batu Tumpeng, Desa Gelgel, Klungkung, Bali, Jumat 28 Mei 2021. Lumba-lumba ini rencananya akan diautopsi untuk mencari penyebabnya terdampar - Banyak Sampah Plastik di Perut Ikan, Seekor Lumba-Lumba Mati di Pantai Batu Tumpeng Klungkung 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Seekor ikan lumba-lumba yang tidak berhasil dievakuasi warga ke tengah laut, ditemukan mati di pesisir Pantai Batu Tumpeng, Klungkung, Bali, Jumat 28 Mei 2021 pagi.

Mamalia laut yang dilindungi pemerintah itu mati dengan kondisi luka-luka.

Kepala Pelaksana BPBD Klungkung, I Putu Widiada menjelaskan, ikan itu merupakan satu dari belasan lumba-lumba yang terdampar di pesisir Pantai Batu Tumpeng, Kamis 27 Mei 2021 malam.

Hanya saja karena mengalami luka dan kondisinya yang lemah, ikan itu tidak mampu berenang ke tengah laut saat berusaha dievakuasi oleh warga.

Baca juga: Seekor Ikan yang Diduga Hiu Paus Terdampar di Pantai Lebih dan Pantai Siut Gianyar

"Karena sudah nyaris tengah malam, dan kondisi lumba-lumba sudah lamas. Rencananya Jumat pagi mau kami evakuasi," ujar I Putu Widiada.

Hanya saja saat akan dievakuasi Jumat 28 Mei 2021 pagi, mamalia laut itu sudah ditemukan dalam keadaan mati.

Kondisinya pun memprihatinkan, karena mengalami luka akibat terdampar di bebatuan malam sebelumnya.

"Tadi ada pihak yayasan yang datang, dan langsung mengevakuasi bangkai lumba-lumba itu. Rencananya mereka akan mengautopsi bangkai lumba-lumba itu," jelas Widiada.

Tujuan autopsi itu, untuk mengetahui alasan pasti ikan lumba-lumba itu sampai terdampar di perairan dangkal.

Apakah karena terbawa arus kuat, atau kecenderungan lain seperti karena stres.

"Nanti dicari tahu apakah ada kecenderungan ikan lumba-lumba ini terdampar karena stres. Menurut pihak yayasan, beberapa waktu lalu mereka juga mengevakuasi bangkai ikan terdampar di wilayah Sanur. Ternyata setelah diautopsi, banyak sampah plastik di dalam perut ikan itu," jelas Widiada.

Karena lumba-lumba merupakan spesies yang dilindungi undang-undang, pihak yayasan juga berjanji akan memberlakukan bangkai lumba-lumba itu dengan baik demi kepentingan konservasi.

"Sementara pagi tadi pantauan kami, sempat terlihat juga ada ikan lumba-lumba berenang di perairan dangkal. Tapi dari pergerakannya, lumba-lumba itu masih dalam keadaan sehat," jelas Widiada.

Diberitakan sebelumnya, 13 ekor lumba-lumba terdampar di Pesisir Pantai Batu Tumpeng dan Pantai Jumpai, Klungkung, Kamis 27 Mei 2021 malam.

Besar kemungkinan ikan lumba-lumba itu terdampar karena terbawa arus kuat.

12 ekor berhasil dievakuasi ke tengah laut, sementara satu ekor dibiarkan di perairan dangkal karena kondisinya lemas dan mengalami luka.

Terpisah, Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Permana Yudiarso menyampaikan, kemarin malam lumba-lumba yang terdampar di Klungkung itu mencapai 13 ekor.

Dan dinihari tadi pun langsung dilakukan evakuasi mengembalikan mereka ke habitatnya di laut.

"Semalam itu ada 13 ekor terdampar dan langsung kita kembalikan ke laut. Tetapi yang satu ekor kondisinya lemah dan pagi tadi ditemukan kembali terdampar di Pantai Watu Klotok Klungkung lalu mati," ujar Yudiarso, Jumat.

Terhadap satu ekor lumba-lumba yang mati itu pihaknya akan melakukan autopsi, namun karena kesulitan dokter hewan, lumba-lumba itu dibawa dan dimasukkan ke freezer fasilitas kehewanan yang ada di Kedonganan.

"Terhadap satu ekor itu kita akan agendakan autopsi untuk mengetahui penyebabnya (mati) itu apa sebenarnya. Dugaan awal untuk satu lumba-lumba itu dibagian perutnya seperti bekas gigitan hiu, lukanya itu identik seperti gigitan hiu," jelasnya.

Baca juga: Cari Penyebab Terdampar di Perairan Dangkal, Lumba-lumba Mati di Pantai Batu Tempeng Akan Diautopsi

Luka bekas gigitan itu identik gigi dari hiu dan besar sekali, kemungkinan hiunya lebih besar dari lumba-lumbanya.

Tetapi untuk memastikan penyebab kematian lumba-lumba itu pihaknya akan melakukan autopsi dalam waktu dekat.

Mengenai dugaan penyebab terdamparnya kawanan lumba-lumba, Yudiarso menyampaikan dugaan jika melihat satu ekor ada luka bekas gigitan hiu diduga satu kelompok lumba-lumba ini berusaha melarikan diri dari terkaman hiu.

"Dugaan-dugaan rekonstruksi di lapangan melihat satu ekor lumba-lumba luka dengan bekas gigitan seperti digigit hiu. Satu grup atau satu kelompok lumba-lumba ini dikejar hiu kemudian berusaha menyelamatkan diri atau mencari tempat aman. Dugaan kami seperti itu," paparnya.

Kemungkinan dugaan kedua, beberapa hari terakhir ini gelombang tinggi atau arus cukup kuat sehingga mereka ini terdorong dengan cepat ke arah darat terlebih sekarang musim ikan lemuru.

Bisa juga saat mereka berburu ikan atau makanan lalu terbawa arus hingga ke daratan atau saat mereka berburu itu bertemu hiu lalu melarikan diri.

"Ada juga perannya arus ini, tetapi faktor dominannya ini harus kita pastikan melalui autopsi. Jika di perutnya tidak ditemukan makanan jadi mereka ini (lumba-lumba dan hiu) sedang berburu juga. Karena ini kan lagi musim ikan lemuru di selatan perairan Jawa, di dalam perburuannya itu (lumba-lumba) ternyata ada hiu juga nah terus ketemu. Ini dugaan-dugaan kita, tapi perlu kita pastikan melalui autopsi," jelas Yudiarso.

Hasil pemeriksaan morfometri, kata Permana, yaitu panjang 187cm bulat, badan 84 cm, memiliki luka gigitan dengan luka Lebar 11 cm dan panjang luka 15 cm. (mit/zae)

Kumpulan Artikel Klungkung

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved