Seputar Tipes
Benarkah Kelelahan Penyebab Utama Penyakit Tipes? Berikut Penjelasannya
Masyarakat kita memang sudah terbiasa menyebutkan jika ada yang panas akan mengira sudah terkena tipes.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Meika Pestaria Tumanggor
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Benarkah Kelelahan Penyebab Utama Penyakit Tipes? Berikut Penjelasannya
Siapa yang pernah mendengar ungkapan bekerja terus sampai tipes?
Mungkin beberapa kaula muda sangat sering menyampaikan hal tersebut dengan temannya yang bekerja sampai tidak ingat waktu.
Lalu apa itu sebenarnya penyakit tipes?
Apakah cukup berbahaya untuk tubuh?
Dokter Umum Puskemas Banjarangkan 2, dr. I Gusti Ngurah Agung Manik Rucika memberikan penjelasan terkait bagaimana penyakit tipes atau demam tifoid ketika menyerang tubuh.
Baca juga: Begini Cara Diagnosis Tipes agar Tak Tertukar dengan Penyakit Lain
Baca juga: Kenali Gejala Tipes yang Hampir Serupa dengan Penyakit Lain
Baca juga: Bisa Menular Lewat Tinja, Apakah Penyakit Tipes Berbahaya?
"Tipes ini asalnya dari bakteri yang bernama Salmonella Typhi. Gejala awalnya seperti panas, biasanya panasnya khas seperti dirasakan sore hingga malam hari, dan di pagi harinya biasa tidak merasakan panas dibadan. Dan biasanya juga menyerang pencernaan," katanya Kamis (1 Juli 2021).
dr. Rucika menjelaskan, indikator angka untuk mengecek kadar tifoid yang ada dalam tubuh ketika pasien merasakan gejala panas.
Dan pengecekan tersebut bisa dilakukan melalui titer tifoid.
Selain itu, kadar tifoid dapat diperiksa melalui IgM dan IgG.
Dan memang pemeriksaan tifoid yang paling golden standar yakni pemeriksaan tifoid dengan biakan empedu.
Baca juga: Faktor Risiko Terkena Penyakit Tipes, Termasuk Jajan Sembarangan dan Kebiasaan Tidak Cuci Tangan
Baca juga: Makanan Untuk Penderita Tipes dan Pantangan, Jauhi Gorengan
Baca juga: Antibiotik dan Obat Alami Untuk Tipes serta Saran Dokter Agar Cepat Sembuh
"Tapi jarang kita lakukan dengan biakan empedu. Biasanya untuk tifoid kita gunakan pengecekan titer. Dan biasanya naik lebih dari seperempat," katanya.
"Contohnya, saat ini dia panasnya lima hari, biasanya khasnya sore sampai malam hari panasnya karena bakteri tersebut bereaksi pada malam hari, jadi lima hari kita cek titernya dia meningkat jadi 1/60, 1/320 hingga 1/640. Biasanya itu ada peningkatan tifoid. Tapi kita di Indonesia itu sudah menjadi penyakit tropis atau endemi," tambahnya.
Namun dalam setahun, dapat dikatakan seseorang akan jarang terkena tipes.
Masyarakat kita memang sudah terbiasa menyebutkan jika ada yang panas akan mengira sudah terkena tipes.
"Misalkan ada pasien datang dengan keluhan panas, kita akan lakukan pengecekan misalkan ketika pasien datang titernya 1/80, lalu dua minggu kemudian kalau masih ada keluhan panas dan dicek titernya menjadi 1/160 hingga 1/320. Dari sana kita bisa katakan pasien tersebut positif tifus," paparnya.
Dan karena bakteri Salmonella Typhi sudah menjadi endemik di Indonesia, dan karena bersarangnya di usus, jika merasakan kelelahan pasti akan menyerang bagian pencernaan juga.
Selain itu faktor makanan ternyata juga berpengaruh.
Contohnya saja, ketika makan di warung, kita tidak tahu air yang digunakan memasak itu berasal dari mana.
Sementara untuk makanan pedas sebenarnya tidak memiliki pengaruh.
Hanya saja dapat mengiritasi ususnya, dan jika ususnya iritasi akan berdampak pada tifoidnya.
"Gejala penyakit tifoid bisa dirasakan dari lima hingga tujuh hari dan fase penyembuhannya hingga dua minggu. Sama seperti demam berdarah. Kalau untuk makanan apa saja sah-sah saja yang penting bisa makan. Hanya saja pasien biasanya merasakan mual nantinya akan diberikan obat penghilang mual dan pelapis lambung," ujarnya. (*)