Human Interest Story
Gantikan Suami yang Tumor, Suka Duka Kadek Rita Jadi Tukang Parkir di Denpasar, Dapat Rp800 Sebulan
Kadek Rita, terlihat sibuk mengatur keluar masuk mobil maupun motor di tempat parkiran sebuah supermarket di Kawasan Gatot Subroto Timur, Denpasar
Penulis: Rizal Fanany | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
"Dulu sempat disarankan untuk mencari kerjaan lain yang lebih baik, setelah saya pertimbangkan saya tetap kerja ini aja soalnya jam kerjanya singkat kalau ada hal mendesak di rumah bisa segera pulang karena lokasi rumah dekat dengan tempat kerja," Imbuhnya.
Baca juga: Tanpa Tujuan Jelas, Puluhan Kendaraan Diputar Balik Saat Melewati Pos Penyekatan Biaung Denpasar
Ia mengisahkan bekerja menjadi juru parkir banyak dari pengendara yang mengira ia adalah laki-laki.
Setelah tahu yang sebenarnya, tidak sedikit yang berusaha menggodanya. Bahkan ada yang sampai bolak-balik parkir hanya untuk iseng menggodanya.
“Banyak yang mengira dulu saya laki, setelah tahu saya perempuan ada banyak yang menghoda, bahkan dulu ada yang bilang, jangan jadi juru parkir, jadi istri saya saja,” kisahnya
Rita mengungkapkan pekerjaanya tidak ada hari libur.
"Tidak ada libur, kerja setiap hari karena tokonya kan buka setiap hari. Kalau ada renovasi dan sejenisnya baru libur, dan kalau ada keperluan keluarga atau urusan lain bisa minta libur," ungkapnya.
Saat bekerja ia mendapatkan shift siang, yakni pukul 13.00 - 18.00 wita. Tantangan yang ia hadapi harus berpanas-pansan melawan terik matahari.
“Pernah sih saat lagi ngedrop saya merasa capek, tapi dijalani saja toh hanya 5 jam cepat. Pernah sampai haus banget, pengen ke kamar kecil tapi takut ditinggal karena lumayan bisa hilang Rp5 ribu sampai Rp10 ribu apalagi pas sedang ramainya sekitar pukul 16.00 sampai 18.00 Wita,” bebernya.
Selama tiga setengah bulan bekerja ada suka duka yang dialami. Terkadang pengendara membayar lebih biaya parkir, adapula pengendara yang tidak bayar parkir.
"Kalau suka dukanya ada terkadang pengendara memberikan uang lebih, tapi ada juga beberapa pengendara setelah dibantu justru tidak membayar sama sekali. Bahkan, ada yang melempar uangnya begitu saja ke jalanan."
"Mungkin mereka buru-buru atau bagaimana, jadi uangnya dilempar. Ya sudahlah saya pungutin kalau di jalan lagi sepi, kalau masih ramai saya biarin". Ucapnya.
Wanita paruh baya ini mengaku merasa ada gangguan pernapasan karena aktivitas yang padat dan meniup peluit secara terus menerus hingga nafasnya ngos-ngosan.
"Sepertinya ada gangguan pernapasan. Ya gimana tiap hari tiup peluit, kendaraan yang keluar masuk juga banyak. Saat mau tidur saya mengonsumsi obat agar esok siangnya bisa tetap bekerja. Saya juga memotivasi diri saya sendiri agar tetap sehat dan bisa mengurus suami serta anak-anak," tuturnya.
Ia berharap ada donatur atau relawan yang bisa membantu suaminya.
“Saya berharap ada donatur atau relawan yang bisa membantu suami saya. Kalau untuk anak-anak saya pelan-pelan saya perjuangkan,” tambahnya. (*)
Artikel lainnya di Human Insterest Story