Berita Tabanan
BRSU Tabanan Mulai Kesulitan Titip Jenazah, Kasus Kematian Tinggi, Kapasitas Hanya 6 Jenazah
Badan Rumah Sakit Umum (BRSU) Tabanan kini semakin kewalahan dengan tingginya kasus kematian akibat Covid-19 di Kabupaten Tabanan, Bali.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN- Badan Rumah Sakit Umum (BRSU) Tabanan kini semakin kewalahan dengan tingginya kasus kematian akibat Covid-19 di Kabupaten Tabanan, Bali.
Kasus kematian tak diimbangi dengan kapasitas ruang jenazah yang sedikit.
Hanya menampung 6 jenazah saja.
Sehingga ketika penuh, BRSU Tabanan terpaksa menitipkan ke rumah sakit lain dan sejak bulan Juli lalu penitipan ke tempat lain cenderung susah karena sebagian besar ruang jenazah juga penuh.
BACA JUGA: Tiga Kecamatan di Tabanan Berisiko Tinggi Alami Bencana Tanah Longsor Saat Musim Hujan Turun
Menurut Direktur BRSU Tabanan, dr Nyoman Susila, di rumah sakit Tabanan hanya memiliki kapasitas 6 jenazah saja.
Sedangkan kasus kematian cenderung meningkat beberapa waktu belakangan ini.
"Hanya mampu 6 jenazah saja di kita (BRSU Tabanan, red). Kita kesulitan tempat untuk mengembangkan ruang jenazah," kata dr Susila saat dikonfirmasi Minggu 15 Agustus 2021.
dr Susila menjelaskan, selama ini jika yang mengikuti protokol kesehatan atau hanya melakukan penitipan 24 jam bisa difasilitasi.
Namun, karena beberapa juga melakukan penitipan berjangka lama atau sedang mencari dewasa (hari baik), pihaknya mengusahakan titip di tempat lain.
"Biasanya bisa (dititip ke tempat lain, red), tapi bulan Juli dan awal Agustus mulai susah, dimana-mana juga penuh. Sekarang kita juga sudah penuh. Biasanya dititip di RS lain yang masih mampu terima, tapi sekarang sulit," jelasnya.
Dengan tingginya kasus saat ini, kata dia, pihaknya mengajak untuk seluruh masyarakat aktif menekan kasus.
Sebab, semakin tinggi kasus, semakin tinggi pula angla kematian.
"Kita tidak bisa menghadapi ini dengan menambahkan tempat tidur RS dan tempat penitipan jenazah saja. Mari kita ikuti anjuran pemerintah, mari kita ikuti petunjuk PHDI, itu untuk kebaikan kita bersama. Mari cegah kasus. Bila terjadi kematian, mari kita ikuti protokol kesehatan," ungkapnya.
BACA JUGA: Kisah Sri Rintis 'Kripik Biru' yang Populer di Bali, Khas Berbahan Kepala dan Leher Ayam