Berita Denpasar
Seni Tari Bebali, Tari Wayang Miliki Kekuatan Sakral untuk Upacara Yadnya
Tari Bebali termasuk sebagai pengiring upacara dan mengandung lakon. Adapun yang termasuk tarian ini adalah Tari Wayang Lemah, Tari Gambuh, dan Tari
Penulis: Anak Agung Seri Kusniarti | Editor: M. Firdian Sani
Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tari Bebali termasuk sebagai pengiring upacara dan mengandung lakon.
Adapun yang termasuk tarian ini adalah Tari Wayang Lemah, Tari Gambuh, dan Tari Topeng.
Dalam berbagai sumber yang didapat Tribun Bali, sesungguhnya Indonesia dari zaman prasejarah telah mengenal tari wayang yang berfungsi untuk pemujaan terhadap leluhur.
Dalam perkembangannya saat ini, banyak tarian wayang di Bali.
Salah satu tarian wayang yang memiliki nilai sakral adalah tari Wayang Lemah.
• Pelaksana Upacara Yadnya di Denpasar Wajib Melapor ke Satgas, Pemkot Fasilitasi Rapid Antigen Gratis
Tarian ini memakai kelir dari benang putih, yang disebut benang tukelan.
Benang itu diikatkan pada dua buah batang dapdap.
Dan batang dapdap yang dipakai diusahakan bercabang tiga.
Lalu digantungkan uang kepeng.
Selain itu Wayang Lemah tidak menggunakan lampu (blenjong).
Jenis Wayang Lemah, sebagai penghubung antara umat pelaksana yadnya dengan alam niskala sebagai alamnya para dewa.
• Tanpa Tattwa dan Susila, Upacara Yadnya Kehilangan Makna
Sejenis Wayang Lemah dikenal lagi Wayang Sapuh Leger dan Empu Leger.
Kedua wayang ini berfungsi untuk ruwat. Khususnya bagi yang lahir pada wuku Wayang.
Sebab kelahiran wuku Wayang, dipercaya akan dikejar oleh Bhatara Kala dan memberi pengaruh buruk atau negatif bagi yang lahir saat itu.
Sehingga diperlukan Wayang Sapuh Leger ini untuk meruwat.
Selain jenis wayang itu, ada pula Wayang Wong Parwa. Wayang Wong Ramayana, Wayang Cupak, Wayang Calonarang dan Wayang Gambuh. (*)
Ikuti berita terkini Denpasar