Berita Bali
Kisah Pande Yuga Membuat Keris di Bali, Puasa Nasi Putih Setiap Purnama, Ada Bahan Campuran Meteor
Berbagai macam pusaka seperti keris, pisau, tombak dan juga prapen atau tempat pembuatan keris diupacarai
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Berbagai macam pusaka seperti keris, pisau, tombak dan juga prapen atau tempat pembuatan keris diupacarai.
Setiap Tumpek Landep yang dirayakan Sabtu Kliwon Landep, Pande Keris Urip Wesi Tapa Karya, Gang Pacar Nomor II, Jalan Ratna Denpasar menggelar odalan atau upacara.
Sang Mpu Keris, Pande Putu Yuga Wardiana (27) mengatakan, pada pelaksanaan Tumpek Landep, selain dilaksanakan odalan, pemesan keris yang kerisnya sudah selesai pun mengambil kerisnya lewat sebuah prosesi yang bernama mamitang keris.
“Prosesi mamitang keris itu dimulai menghaturkan segehan, lalu dilanjutkan dengan ritual khusus mulai dari pembersihan hingga pasupati,” katanya Yuga, Sabtu 11 September 2021.
Baca juga: Kisah Mahasiswa Termuda Kedokteran Unair,Albarr Pernah Juara Olimpiade Hingga Juara Kuis Kemendikbud
Ia mengatakan, saat akan membuat keris diawali dengan mapiuning (mohon izin) ke hadapan Bhatara Brahma Gati.
Selanjutnya dalam pembuatan keris pasti ada campur tangan si pembuat sehingga dianggap belum bersih.
Oleh karena itu, sebelum diambil dilakukanlah prosesi pembersihan dengan nama mamitang keris ini.
“Dan saat Tumpek Landep inilah dilakukan pembersihan, dihaturkan banten pasupati juga agar bagus sekala niskala. Dan terakhir juga ngaturang suksma (ucapan terima kasih) karena keris ini bisa selesai,” katanya.
Yuga mengatakan, ada dua jenis keris yang biasanya dibuat di pande ini, pertama keris ageman atau untuk pribadi maupun keris pajenengan atau untuk di merajan.
Jika untuk agem-ageman cukup dengan unsur tri datu yakni besi, nikel dan baja.
Apabila untuk pajenengan menggunakan besi, baja, nikel, emas dan perak, timah mirah dan bahkan batu meteor.
Khusus untuk batu meteor dirinya memiliki dua batu meteor yakni meteor Gibeon yang jatuh di Libya dan meteor Campo del Cielo yang ditemukan di Argentina.
“Meteor ini menjadi simbol akasa atau bapak, sedangkan simbol ibu atau pertiwi adalah nikel,” imbuhnya.
Dalam membuat keris ini ia selalu memperhatikan hari baik. Biasanya dirinya akan memulai setiap Selasa, Rabu, dan Kamis, Purnama, Kajeng Kliwon, maupun pemapag Kajeng Kliwon.
“Kalau untuk keris ageman, biasanya juga menyesuaikan otonan atau hari kelahiran sang pembuat, karena ini akan berhubungan erat dengan pemakai,” katanya.