Berita Denpasar

Banyak Anak di Bawah Umur Diajak Menggepeng di Denpasar, Psikolog: Anak Sebenarnya Tidak Ingin Ikut

Sejak pandemi Covid-19, keberadaan pengamen, gepeng, pengasong yang ditemui di lampu merah semakin banyak di Denpasar.

Tribun Bali/Putu Supartika
Psikolog dari UPTD PPPA Kota Denpasar, I Putu Galang Darma Putra S. saat memberikan konseling kepada anak-anak yang ikut menggepeng bersama orangtuanya di kantor Satpol PP Kota Denpasar 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sejak pandemi Covid-19, keberadaan pengamen, gepeng, pengasong yang ditemui di lampu merah semakin banyak di Denpasar.

Bahkan dari data Satpol PP Kota Denpasar, sejak bulan Januari hingga September 2021, sudah 273 pengamen, gelandangan, pengasong dan orang telantar yang diamankan dan dipulangkan ke daerah asalnya.

Mereka tidak saja orang dewasa, tetapi banyak juga anak-anak.

Baca juga: Ikut Ngamen Mengenakan Udeng di Denpasar, Saiful dan Nito Dipulangkan ke Situbondo Jawa Timur

Seperti yang diamankan Satpol PP Kota Denpasar pada Selasa, 28 September 2021, dari 7 orang yang diamankan, sebanyak 5 orang merupakan anak di bawah umur.

Satpol PP Kota Denpasar pun meminta psikolog dari UPTD PPPA Kota Denpasar untuk memberikan konseling.

Psikolog UPTD PPPA Kota Denpasar I Putu Galang Darma Putra S. mengatakan ada tiga aspek yang menyebabkan anak tersebut ikut turun ke jalan.

Baca juga: Hari Ini 28 September 2021 SIM Keliling Polresta Denpasar Berlangsung di Area Parkir Plaza Renon

Pertama aspek biologis karena keterdesakan kebutuhan dasar seperti makan termasuk ekonomi.

Kedua yakni aspek psikologis karena terdesak dalam hal ekonomi, maka muncul rasa tidak nyaman dan aman.

“Karena keadaan ekonomi mereka tidak terpenuhi, maka mereka merasa tidak aman dan nyaman, itu termasuk pada aspek psikologis,” kata Galang.

Ketiga adalah aspek sosial karena adanya ajakan dari teman maupun orangtua.

Apalagi banyak anak yang berasal dari satu daerah yang sama ikut menggepeng ataupun menjadi pengasong.

Baca juga: Perbekel Tianyar Tengah Karangasem Akan Nasehati Nengah Bayung, Ditertibkan Saat Ngamen di Denpasar

“Ada ajakan dari temannya dan juga orangtua. Bahkan ada orangtua lain yang menitipkan anaknya, sehingga mereka juga diajak menggepeng. Apalagi menurut pengakuannya banyak anak dari desanya yang juga melakoni hal itu,” katanya.

Selain itu, menurutnya sebagian anak kecil akan merasa nyaman saat bersama orangtuanya meskipun diajak untuk menggepeng ketimbang tinggal di rumah sendiri.

“Padahal saat ditanya sebenarnya anak ini tidak ingin melakoni hal ini, tapi karena diajak ibunya maka mereka merasa lebih nyaman,” katanya.

Baca juga: Kini Tajir Melintir & Masuk Jajaran Pelawak Terkaya, Sule Cerita Pernah Dagang Permen Hingga Ngamen

Selain memberikan konseling kepada anaknya, dirinya juga memberikan konseling dan edukasi kepada orangtuanya.

“Kami berikan penyadaran bahwa anak kecil itu tugasnya bermain dan belajar, bukan bekerja. Bahkan saya tanya orangtuanya, dia tidak tahu berapa umur anaknya, jadinya kesadaran administrasinya juga rendah,” katanya.

Pihaknya pun berharap setidaknya orangtua tersebut sadar akan administrasi anaknya.

Hal ini dilakukan agar hak anak seperti memperoleh pendidikan bisa terpenuhi. (*)

Berita lainnya di Berita Denpasar

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved