Berita Klungkung

Brahma Senang Belajar di Sekolah, PTM Hari Pertama di Klungkung dan Daerah Lain di Bali

Brahma (8), siswa di SDN 1 Semarapura Kangin, tampak antusias saat mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) hari pertama di Klungkung.

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Karsiani Putri
Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Pembelajaran tatap muka hari pertama di SD N 1 Semarapura Kangin, Klungkung, Bali, Senin 27 September 2021. 

"Tadi (kemarin, Red) kami sudah rapat dengan seluruh perwakilan sekolah menekankan prokes yang diterapkan nanti," katanya.

Di Jembrana, PTM untuk SMA dan SMK digelar, Senin (4/10). PTM digelar terbatas, sesuai kesepakatan dari MKKS SMA dan SMK.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kabupaten Jembrana, I Putu Prapta Arya.

Prapta Arya menjelaskan, untuk SMA sendiri dalam rapat koordinasi yang dilakukan pada 20 September 2020 lalu, menyepakati PTM yang dilaksanakan mengikuti petunjuk teknis dari pusat. Diantaranya ialah terkait dengan pemberlakuan terbatas.

Kemudian, dibagi menjadi dua sesi. Satu sesi pembelajaran selama 1,5 jam untuk tiga mata pelajaran.

Senada dengan Prapta Arya, Ketua MKKS SMK Kabupaten Jembrana, I Putu Wardana, mengatakan, di Kabupaten Jembrana terdapat 9 SMK, 5 di antaranya SMK negeri dan 4 SMK swasta. Kesepakatan itu diikuti oke 9 SMK di Jembrana.

Sedangkan untuk petunjuk tekhnis yang diserahkan sekolah, maka nantinya akan diatur oleh sekolah. Dan tetap mengikuti juknis dari pusat. 

Stres, Beberapa Guru Ingin Pensiun Dini

SPESIALIS kedokteran jiwa dan juga Psikiater di RSUD Wangaya, dr I Gusti Rai Putra Wiguna mengatakan, dalam kurun waktu 1,5 tahun masa pandemi ini sekitar 18 guru sudah menjadi pasiennya akibat pembelajaran secara daring ini.

Itu disebabkan sistem mengajar online yang memaksa guru beradaptasi dengan hal baru. Ini membuat guru merasa tertekan psikologisnya dan berujung pada permintaan pensiun dini.

"Ya artinya perubahan sistem yang dilakukan bertahun-tahun tiba-tiba berubah memerlukan banyak adaptasi. Banyak masyarakat selama ini yang kurang paham ya bahwa guru itu juga terdampak kalau saya sudah terima pasien guru dalam 1,5 tahun ini jumlahnya belasan. Dan guru-guru tersebut alami tekanan mental karena sistem pembelajaran daring," katanya, Senin (27/9).

dr Rai menjelaskan, pasien-pasiennya tersebut merupakan tenaga pengajar yang umurnya di atas 40 tahun.

Artinya, sudah lebih dari belasan tahun menggeluti dunia pendidikan. Beberapa pasien tersebut ada yang sudah pensiun dini.

Selain itu juga ada yang akan pensiun dini kemudian membatalkannya setelah berkonsultasi dengan psikiater.

"Ada juga guru-guru yang usia muda milenial, padahal bisa beradaptasi tetapi perfeksionis. Jadi ingin melakukan pengajaran secara baik dengan sistem online tetapi ingin seefektif mungkin seperti tatap muka yang akhirnya membuat stres sendiri," tambahnya.

Menurut dr Rai, kebanyakan yang mengalami kesulitan mengajar yakni pada guru SD dan SMP.

"Kalau SMA jarang saya terima. Mungkin SMA lebih mudah mengajar dan beradaptasi dengan online. Tetapi terutama pada siswa SD bisa dibayangkan sulitnya sementara beban pengajaran yang harus mereka emban sama dengan tatap muka. Jadi sekolah masih memberlakukan sistem belajar daring seperti tatap muka," lanjutnya.

Bahkan pada sekolah swasta penghasilan mereka dipotong. Belum lagi beban mengajar yang lebih sulit.

Memang akhirnya tidak semua guru yang terapi ke dr Rai mengambil langkah pensiun dini. Beberapa dari mereka awalnya sudah berniat dengan beberapa kali cuti, namun setelah datang ke psikiater, mereka di-treatment dan dilakukan adaptasi.

dr Rai juga memberi tips untuk para guru atau tenaga pengajar agar tidak stres ketika mengajar selama pandemi Covid-19.

Baca juga: Data Vaksinasi Covid-19 di Desa Nyanglan Belum Sinkron, Wabup Klungkung Minta Dinkes Turun Mengecek

Baca juga: Pemakaian Masker hingga Pengaturan Waktu Datang & Pulang Jadi Catatan PTM Hari Pertama di Klungkung

"Tentu cara pengajaran yang berbeda, maindset-nya juga berbeda ya. Sebaiknya kita lebih fleksibel. Kalau kita mengharapkan memberikan pembelajaran online kemudian persis sama keluarannya dengan pembelajaran tatap muka. Tentu itu justru kita akan cepat lelah fisik dan mental," ungkapnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved