Berita Bali

BMKG Sebut Wilayah Bali Mulai Peralihan Musim Kemarau ke Hujan, Waspada Potensi Cuaca Ekstrem

Pada periode peralihan musim ini, kata Dwikorita perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrem yang sering muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung

Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Wema Satya Dinata
Pexels
Ilustrasi hujan deras. BMKG Sebut Wilayah Bali Mulai Peralihan Musim Kemarau ke Hujan, Waspada Potensi Cuaca Ekstrem 

Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan Peringatan Dini untuk waspada datangnya La-Nina menjelang akhir tahun ini, salah satu wilayah yang patut waspada ialah Provinsi Bali.

"Perlu dicermati juga bulan Oktober ini bagi beberapa wilayah di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan merupakan wilayah yang sedang mengalami periode transisi atau peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan," papar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat memberikan keterangan pers kepada awak media secara virtual pada Senin 18 Oktober 2021.

Pada periode peralihan musim ini, kata Dwikorita perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrem yang sering muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung, angin kencang meskipun periodenya singkat tapi sering memicu terjadinya bencana hidrometeorologi. 

"Kewaspadaan dalam menghadapi musim hujan ini selain wilayah-wilayah yang langganan atau berpotensi banjir dan longsor, lebih waspada lagi pada periode puncak musim hujan yang diprediksi akan dominan terjadi bulan Januari dan Februari 2022," jelasnya.

Baca juga: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Besok 18 Oktober 2021 di 27 Wilayah Indonesia, Termasuk Bali

Dwikorita mengingatkan agar pemerintah daerah, masyarakat, dan semua pihak terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah yang berpotensi terdampak La-Nina,

"Agar bersiap segera untuk melakukan langkah pencegahan dan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana Hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang atau puting beliung ataupun terjadinya badai tropis," pesannya.

Lebih jauh, ia memaparkan, berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menunjukkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61 pada Dasarian I (sepuluh hari pertama) Oktober 2021. 

"Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan kita harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021/2022 yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah - sedang, setidaknya hingga Februari 2022," katanya

Didasarkan pada kejadian La Nina tahun 2020 lalu, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember-Januari terutama di wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan.

Maka La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 - 70% di atas normalnya.

"Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi," tutur dia.

Sementara itu Deputi Klimatologi Urip Haryoko menambahkan, berdasarkan hasil pengamatan data dari jejaring stasiun pengamatan hujan BMKG di seluruh wilayah Indonesia hingga Dasarian I (sepuluh hari pertama) Oktober 2021, menunjukkan hasil monitoring perkembangan musim hujan tahun 2021/2022 bahwa 19,3% wilayah zona musim di Indonesia telah memasuki musim hujan

"Beberapa zona musim Indonesia yang telah mengalami musim hujan tersebut meliputi wilayah Aceh bagian tengah, Sumatra Utara, sebagian besar Riau, Sumatra Barat, Jambi, sebagian besar Sumtera Selatan, Lampung bagian barat, Banten bagian timur, Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah bagian barat, sebagian kecil Jawa Timur bagian selatan, sebagian Bali, Kalimantan Utara, sebagian besar Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan bagian selatan dan timur, Kalimantan tengah bagian timur, Pulau Taliabu, dan Pulau Seram bagian selatan," papar dia

Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan prediksi prakiraan awal musim hujan 2021/2022 BMKG sebagaimana disampaikan sebelumnya oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring di bulan Agustus 2021 yang lalu bahwa awal musim hujan di wilayah Indonesia, akan maju lebih dini mulai Oktober. 

Baca juga: Cuaca Ekstrem Terjadi di Badung Mengakibatkan Atap dan Plafon Bangunan di SDN 3 Kuwum Ambruk

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved