Berita Bali
YLPK Bali Memberikan Tanggapan Mengenai Turunnya Harga Tes PCR, Pemerintah Harus Transparan Harga
DIREKTUR Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali, Putu Armaya menanggapi turunnya harga tes PCR.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - DIREKTUR Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali, Putu Armaya menanggapi turunnya harga tes PCR.
Armaya menelaah turunnya harga tes PCR dari kacamata perlindungan konsumen.
"Dari kacamata perlindungan konsumen, sejatinya kita ini kan sudah cukup lama dalam masa pandemi Covid-19. Di saat-saat sekarang, terutama Bali adalah daerah pariwisata dunia," katanya, Sabtu 30 Oktober 2021.
Ia mengatakan, jika pemerintah bersemangat melakukan pemulihan ekonomi, sejatinya membuka open border, apa pun itu, tentu dengan tidak banyak syarat.
Baca juga: YLPK Bali Harapkan Ada Transparansi Harga Tes PCR Agar Tak Beratkan Konsumen
Yang terpenting yakni syarat protokol kesehatan yang diutamakan.
Mulanya harga tes PCR tergolong mahal, Rp 900 ribu.
Pemerintah menurunkan harga menjadi Rp 495 ribu, dan saat ini menjadi Rp 300 ribu.
"Konsumen itu banyak mengeluhkan harga PCR yang dirasa memberatkan. Di masa pandemi banyak konsumen yang boleh dibilang ekonominya terpuruk, banyak yang di-PHK dan sebagainya. Nah di saat-saat sekarang, katakanlah misalnya banyak masyarakat yang sekadar bertamasya ke Bali, itu dengan kebijakan PCR ini saja banyak yang membatalkan, cancel penerbangannya," tambahnya.
Dia mengatakan, hal tersebut artinya dengan harga PCR Rp 300 ribu dinilai masih memberatkan.
Misalnya saja mereka pergi ke Bali dengan jumlah 10 orang, lalu harga PCR Rp 300 ribu ditambah lagi berapa hari mereka di Bali, dan tentu saja ini dirasa memberatkan konsumen.
"Ini kalau masalah harga, di beberapa negara itu harganya sangat murah. Saya tidak tahu di Indonesia kok harganya sangat mahal. Kami belum melihat harga detail secara pasti di beberapa daerah apakah seragam, mestinya kan seragam untuk harga PCR-nya, khususnya di Bali," lanjutnya.
Menurutnya, masih ada pro dan kontra terkait masalah PCR. Konsumen menginginkan harga PCR yang terjangkau, apalagi di Bali.
Bagi masyarakat yang ingin berlibur ke Bali, tentunya kalau harga PCR terjangkau, kan dirasa tidak memberatkan.
Putu Armaya mengatakan, pemerintah perlu melakukan transparansi mengenai harga tes PCR ini.
"Kalau masalah PCR, sangat perlu adanya transparansi yang dilakukan pemerintah. Masalah Covid-19, penerapan PCR misalnya, ini apakah dari kementerian, apakah dari Satgas. Ini harus tetap memberlakukan atau katakanlah jika membuat kebijakan jangan sampai memberatkan konsumen," ungkapnya.