Serba Serbi

Sugihan Jawa Bertepatan dengan Tilem Kalima, Apa Persembahan yang Dihaturkan?

Banyak orang yang mengatakan jika Sugihan Jawa hanya dirayakan oleh orang Bali keturunan Majapahit

Penulis: Putu Supartika | Editor: Karsiani Putri
Tribun Bali/Rizal Fanany
ILUSTRASI- Umat Hindu yang tengah bersembahyang 

Hormat pada gelapnya bulan mati (Tilem) tidak kurang dari hormat kita pada terang bulan purnama.

Baca juga: Masa Karantina Wisman Dikurangi, PHRI Badung Optimis Kunjungan Capai 3 Ribu Perhari 

Baca juga: Barang Bukti Rp2 Miliar Dimusnahkan, BNNP Bali Gelar Pemusnahan BB Tangkapan Narkoba

Disebutkan lebih lanjut dalam buku itu pada halaman 10, pembelaan Mpu Tan Akung kepada gelap, yaitu gelap tidak harus dihindari atau diusir dengan mengadakan terang buatan.

Tapi dengan memasukinya, menyusupinya, meleburkan diri di dalamnya, atau memasukkannya ke dalam diri.

Saat Tilem atau bulan mati, umat Hindu wajib untuk mengenyahkan segala dosa, noda, dan kekotoran dari dalam diri.

Dalam lontar Sundarigama juga disebutkan.

Mwang tka ning tilem, wenang mupuga lara roga wighna ring sarira, turakna wangi-wangi ring sanggar parhyangan, mwang ring luhur ing aturu, pujakna ring sanggar parhyangan, mwang ring luhur ing aturu, pujakna ring widyadari widyadara, sabhagyan pwa yanana wehana sasayut widyadari 1, minta nugraha ri kawyajnana ning saraja karya, ngastriyana ring pantaraning ratri, yoga meneng, phalanya lukat papa pataka letuh ning sarira.

Baca juga: Karakter Monyet di Pura Uluwatu Mulai Berubah, Sumerta: Masuk ke Pura Hingga Ganggu Umat Sembahyang

Baca juga: Bija Setelah Sembahyang, Berikut Maknanya Dalam Hindu Bali

Artinya:

Pada saat Tilem, wajib menghilangkan segala bentuk dosa, noda, dan kekotoran dalam diri. 

Dengan menghaturkan wangi-wangian di Sanggar atau di parahyangan, dan di atas tempat tidur yang dipersembahkan kepada bidadari dan bidadara.

Akan lebih baik jika mempersembahkan 1 buah sesayut widyadari untuk memohon anugerah agar terampil dalam melaksanakan segala aktivitas.

Pemujaan dilakukan tengah malam dengan melakukan yoga, atau hening.

Baca juga: Karakter Monyet di Pura Uluwatu Mulai Berubah, Sumerta: Masuk ke Pura Hingga Ganggu Umat Sembahyang

Baca juga: Mitos Bunga Gumitir Tidak Boleh Dipakai Sembahyang

Pahalanya adalah segala noda dan dosa yang ada dalam diri teruwat.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved