Berita Badung

Kolaborasi Tari Kecak dengan Ogoh-ogoh, Jadi Daya Tarik Tersendiri Bagi Pengunjung GWK Cultural Park

Kolaborasi Tari Kecak dengan Ogoh-ogoh, Jadi Daya Tarik Tersendiri Bagi Pengunjung GWK Cultural Park

Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Harun Ar Rasyid
(Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)
Pertunjukan kolaborasi tari Kecak dengan Ogoh-ogoh di GWK Cultural Park, Minggu (26/12/2021) petang. 

Hal senada juga disampaikan Adi dan Ateng yang mengapresiasi jalan cerita dari tari Kecak yang ditampilkan di GWK Cultural Park.

"Tariannya bagus, keren yang pasti unsur budayanya tetap terjaga dan jalan ceritanya juga bagus. Pasti kita ingin kesini lagi," imbuh keduanya.

Untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan yang berkunjung, GWK Cultural Park
menerapkan protokol kesehatan (CHSE) bagi wisatawan dan pengunjung.

Para penari wajib untuk mengenakan masker dan face shield saat tampil sesuai dengan aturan protokol kesehatan.

Demikian pula dengan wisatawan yang berkunjung ke GWK Cultural Park diwajibkan melakukan check in pada aplikasi PeduliLindungi atau menunjukkan sertifikat vaksin, wajib mengenakan masker serta mematuhi aturan pembatasan jarak selama di dalam kawasan.

Selain itu dilakukan pula pemindaian suhu tubuh, dengan diberikan stiker penanda bagi wisatawan yang suhu tubuhnya tidak melebihi ambang batas yang ditetapkan.

GWK Cultural Park optimis bahwa industri pariwisata di Bali akan dapat bangkit kembali dengan upaya yang tepat, dengan disertai konsistensi untuk mewujudkan iklim wisata yang beorientasi pada kemanan serta kenyamanan wisatawan.

Tentunya upaya-upaya ini juga harus sejalan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam membangkitkan dunia pariwisata nasional.

Baca juga: Oknum PNS Diadukan ke Polresta Denpasar Karena Dugaan Kasus KDRT

Baca juga: Libur Natal Kemarin, Kunjungan Wisatawan ke GWK Bali Tembus 2.500 Orang

Baca juga: Mulut Asam hingga Nyeri Ulu Hati, Berikut Tanda Kanker Perut yang Harus Diwaspadai

Tari Kecak Garuda Wisnu Kencana

kisah ini diambil dari parwa pertama kitab Mahabarata, tentang pencarian Tirta Amerta hingga masa kelahiran Garuda.

Tirta Amerta disebut sebagai; air kehidupan yang akan memberikan keabadian bagi siapapun yang meminumnya, hingga akhirnya dipegang oleh Dewa Wisnu, Sang Pemelihara Alam Semesta.

Hingga suatu masa, tersebutlah tentang pertaruhan antara Dewi Kadru dan Dewi Winata untuk menebak warna ekor kuda Oncersrawa; kuda putih kesayangan para dewata.

Untuk memenangkan pertaruhan tersebut, Dewi Kadru menjalankan siasat licik dengan mengutus putranya; Sang Naga untuk membuat ekor Oncersrawa menjadi hitam.

Tanpa ragu Garuda setuju untuk membawakan Tirta Amerta sebagai syarat atas kebebasan sang Ibu.

Berbagai rintangan ditempuhnya, dicarinya Tirta Amerta ke nirwana bahkan hingga ke dalam neraka.

Melihat keteguhan dan ketulusan niat Garuda, Dewa Wisnu pun luluh hingga berkenan meminjamkan Tirta Amerta.

Dengan syarat agar kelak setelah sang ibu berhasil dibebaskan, Garuda bersedia mengabdi sebagai tunggangan Dewa Wisnu. Dan demikianlah kisah ini diceritakan.(*)

Berita Badung Lainnya

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved