Tips Kesehatan

Simak 7 Macam Gangguan Tumbuh Kembang Anak yang Perlu Diwaspadai Orangtua

Orangtua perlu memperhatikan perkembangan buah hati, untuk mencegah gangguan tumbuh kembang

Editor: Karsiani Putri
Gambar oleh Morris Sneor dari Pixabay
Ilustrasi anak yang sedang melamun 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Orangtua perlu memperhatikan perkembangan buah hati, untuk mencegah gangguan tumbuh kembang yang akan mempengaruhi kehidupan di masa depannya, seperti gangguan bicara dan down syndrom.

Gangguan tumbuh kembang anak dapat terjadi hanya di satu ranah perkembangan saja atau dapat pula lebih.

Mengutip Psych Central, ranah perkembangan anak yang dapat mengalami gangguan meliputi:

  1. Mobilitas
  2. Fungsi biologis Kognisi (belajar)
  3. Kemandirian fisik atau emosional
  4. Bahasa
  5. Panca indera dan persepsi
  6. Keterampilan sosial

Berikut macam-macam gangguan tumbuh kembang anak yang melansir dari berbagai sumber:

Baca juga: 5 Manfaat Kesehatan dari Mentimun, Salah Satunya Mengontrol Gula Darah

1. Gangguan bicara dan bahasa

Mengutip Kementerian Kesehatan, kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak.

Sebab, kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya.

Dalam berbahasa seorang anak melibatkan kemampuan kognitif, motorik, psikologis, sosial dan emosionalnya.

Kurangnya stimulasi akan menyebabkan gangguan bahasa dan bicara yang mungkin dapat menetap hingga anak dewasa.

Mengutip IDAI, gejala gangguan bicara dan bahasa ekspresif meliputi:

  • Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu benda pada usia 20 bulan.
  • Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan.
  • Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan.
  • Gejala gangguan bicara dan bahasa reseptif meliputi:
  • Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi, misalnya saat dipanggil tidak selalu member respons.
  • Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan.
  • Sering mengulang ucapan orang lain (membeo/ekolalia) setelah usia 30 bulan.

 2. Gangguan cerebral palsy

Mengutip Kementerian Kesehatan, gangguan cerebral palsy merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh suatu kerusakan pada sel-sel motorik dalam susunan saraf pusat.

Mengutip IDAI, gejala gangguan pada motorik kasar, meliputi:

  1. Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang, misalnya antara anggota tubuh bagian kiri dan kanan.
  2. Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari usia 6 bulan.
  3. Hiper/hipotonia: gangguan tonus otot.
  4. Hiper/hiporefleksia: gangguan refleks tubuh.
  5. Adanya gerakan yang tidak terkontrol.

Gejala gangguan pada motorik halus, meliputi:

  1. Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan.
  2. Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun.
  3. Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih sangat dominan setelah usia 14 bulan.
  4. Perhatian penglihatan yang inkonsisten.

3. Down Syndrom

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved