Berita Klungkung

Lukisan Wayang Kamasan Klungkung Satu-satunya WBTB Asal Bali yang Berpeluang Diusulkan ke Unesco

Lukisan Klasik Wayang Kamasan berpeluang untuk diusulkan pemerintah pusat sebagai Warisan BudayaTak Benda (WBTB) Dunia asal Indonesia.

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Mangku Nengah Muriati ketika menunjukan Lukisan Wayang Kamasan bertema Covid-19, saat ditemui di kediamannya di Desa Kamasan, Klungkung, Rabu (26/1/2022) 

TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Lukisan Klasik Wayang Kamasan berpeluang untuk diusulkan pemerintah pusat sebagai Warisan BudayaTak Benda (WBTB) Dunia asal Indonesia.

Seni lukis khas Desa Kamasan, Klungkung ini, tengah bersaing dengan 9 WBTB dari daerah lainnya di Indonesia, untuk dapat diusulkan sebagai WBTB Dunia ke Unesco (Scientific and Cultural Organization).

Kepala Dinas Kebudayaan Klungkung, Ida Bagus Jumpung Oka Wedhana menjelaskan, Lukisan Wayang Klasik Kamasan sudah ditetapkan sebagai WBTB Nasional sejak tahun 2015 lalu.

Pada tahun 2018, dari pemerintah pusat sempat mengusulkan Wayang Kamasan untuk WBTB Dunia asal Indonesia ke Unesco.

Namun ketika itu seni lukis yang sudah ada sejak abad ke-14 ini, belum ditetapkan senagai WBTB Dunia oleh Unesco.

Baca juga: Dapil Dawan Kuasai Alat Kelengkapan Dewan di Klungkung

"Tahun ini pemerintah pusat kembali akan mengusulkan Lukisan Klasik Wayang Kamasan untuk menjadi WBTB Dunia dari Indonesia oleh Unesco. Kemarin sudah dilakukan pemaparan langsung oleh Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta saat rapat bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia secara virtual terkait hal ini," ujar Ida Bagus Jumpung Oka Wedhana saat ditemui di kantornya, Rabu 16 Februari 2022 kemarin.

Ia menuturkan, penetapan warisan budaya dunia oleh Unesco dilakukan 2 tahun sekali.

Tahun ini, Lukisan Klasik Wayang Kamasan harus bersaing dengan 9 WBTB dari berbagai daerah lainnya di Indonesia untuk diusulkan ke Unesco, antara lain Rendang, Babiola, Ulos, Pempek, Tempe, Jamu, Tenun, Reog, dan kulintang.

" Nanti setiap negara hanya mengusulkan satu WBTB untuk diusulkan ke Unesco. Semoga saja Lukisan Klasik Wayang Kamasan yang terpilih, karena ini satu-satunya WBTB asal Bali untuk tahun ini yang berpeluang diusulkan ke Unesco," ungkap Ida Bagus Jumpung, didampingi Kabid Cagar Budaya, I Wayan Sudharma. 

Baca juga: Penegakan Disiplin Prokes Sasar Pasar dan Pelabuhan di Klungkung

Pihaknya pun sangat berharap Lukisan Klasik Wayang Kamasan dapat ditetapkan warisan budaya dunia oleh Unesco.

Dengan pengakuan dan Hak Paten dari Unesco, berimbas pada terangkatnya nilai ekonomis lukisan dan dampaknya juga dapat meningkatkan kesejahteraan para seniman Lukisan Klasik Wayang Kamasan.

"Sama seperti Subak yang dapat pengakuan dan hak paten sebagai warisan budaya oleh Unesco, bisa jadi kebanggaan bagi masyarakat. Semoga nanti Lukisan Klasik Wayang Kamasan juga bisa ditetapkan sebagai Warisan Budaya dunia," harapnya.

Seni Luisan Klasik Wayang Kamasan, merupakan seni lukis yang berkembang dari Desa Kamasan Klungkung.

Seni lukis ini diyakini sudah berkembang pada jaman Kerajaan Gelgel pada abad ke-14. Saat ini lukisan Wayang Kamasan masih bisa ditemui pada ornamen di plavon Kerta Gosa. Pewarnaan

Maestro Seni Lukisan Wayang Kamasan Tingggal 10 Orang

Saat ini maestro seni Lukisan Klasik Wayang Kamasan masih tersisa 10 orang, di antaranya Mangku Malendra dan 
Mangku Nengah Muriati.

Meski demikian, para pelukis muda banyak bermunculan untuk melestarikan seni lukis ini.

Kabid Cagar Budaya di Dinas Kebudayaan Klungkung, Wayan Sudharma menjelaskan, satu ciri khas Lukisan Klasik Kamasan adalah motifnya, dan mengambil cerita pewayangan.

Biasanya diambil dari epos MahaBrata, Ramayan, Cerita Tantri, maupun diambil dari Kitab Sutasoma dan lainnya.

Baca juga: Inspektorat Klungkung Rampungkan Audit Investigasi APBDes Tusan, Hasil Tunggu Ekpose Bersama Bupati

"Para pelukis di Kamasan berkomitmen mempertahankan ciri khas lukisannya. Namun cerita yang diangkat berkembang dengan tidak menghilangkan pakem lukisan yang sudah menjadi warisan leluhurnya," jelas Sudharma.

Perkembangan yang dimaksud, misalnya melukis dengan mengutip dari kajian lontar, maupun tentang sastra agama. 

"Namun tetap mengutakan roh dari Lukisan Kamasan. Yakni mengedepankan cerita, dibandingkan estetika, maupun seni karena gaya ini yang membikin Lukisan Kamasan terkenal, selain memang tampilan yang terlihat klasik," jelas Sudharma. (*)

Artikel lainnya di Lukisan Kamasan

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved