Berita Buleleng
PERJALANAN Sukses Pengusaha Dupa di Buleleng, Nyoman Tiya Kini Raup Omzet Rp 200 Juta per Bulan
PERJALANAN Sukses Pengusaha Dupa di Buleleng, Nyoman Tiya Kini Raup Omzet Rp 200 Juta per Bulan
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - PERJALANAN Sukses Pengusaha Dupa di Buleleng, Nyoman Tiya Kini Raup Omzet Rp 200 Juta per Bulan.
Nyoman Tiya Martini tidak menyangka jika usaha yang ia mulai dari nol, bisa sukses seperti saat ini.
Wanita asal Banjar Dinas Sambangan, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali, ini berhasil meraup omzet hingga Rp 200 juta per bulan, berkat kepandaiannya membaca peluang.
Perempuan kelahiran 26 Maret 1994 ini membuka usaha pembuatan dupa bersama suaminya, Made Indra Parmadika (29).
Menurut Tiya, dupa menjadi kebutuhan sehari-hari umat Hindu di Bali.
Baca juga: Buka Usaha Dupa di Buleleng, Tiya Raup Omzet Rp 200 Juta Per Bulan, Memulai Bisnis Dari Nol
Layaknya beras, masyarakat membeli dupa dan menggunakannya setiap hari untuk sembahyang.
Pada 2018 lalu, ia pun mencoba membuka usaha pembuatan dupa.
Wanita berparas manis ini menyebutkan, bisnis ini benar-benar ia mulai dari nol.
Bukan warisan dari orangtua, maupun mertuanya.
Artinya, modal awal yang digunakan murni dari hasil tabungan Tiya dan suaminya, saat masih berpacaran.
"Sebelum mulai bisnis dupa ini, saya dengan suami saat masih berpacaran sempat membuka bisnis membuat liquid untuk rokok elektrik.
Bisnis liquidnya sebenarnya lancar, cuma kami ingin beralih ke dupa, karena dupa itu sudah menjadi kebutuhan sehari-hari.
Tidak menutup kemungkinan ke depannya kami akan melanjutkan juga bisnis liquidnya," katanya.
Tiya menyebutkan, pada awal membuka bisnis dupa, ia hanya mampu membeli satu unit mesin bekas pencetak dupa.
Ia bersama suami kemudian belajar dari internet serta dari produsen dupa lainnya.
Baca juga: Dupa Kaori Tetap Diminati walau Bali Dilanda Pandemi