Berita Jembrana

Pedagang di Jembrana Mengeluh Harga Sembako Meroket, Minyak Goreng Langka

Selain itu, operasi pasar yang digelar beberapa waktu lalu ternyata belum berdampak positif untuk stabilisasi harga.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/I Made Ardhiangga Ismayana
Lapak salah satu pedagang yang mengeluh karena kebutuhan pokok meningkat dan Migor langka, Minggu 6 Maret 2022. 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Pedagang tradisional di pasar-pasar Jembrana mengeluhkan harga sembilan bahan pokok (sembako) yang mulai meroket.

Selain itu, operasi pasar yang digelar beberapa waktu lalu ternyata belum berdampak positif untuk stabilisasi harga.

Buktinya, selain sembako yang meroket, kelangkaan minyak goreng (Migor) juga masih terjadi di Bumi Makepung.

Pertama-tama, terkait kenaikan harga sembako paling tinggi terjadi pada komoditi cabai dan bawang merah. Bahkan, naiknya hingga di atas Rp 10 ribu per kilogramnya.

Baca juga: Saat Nyepi Dua Warga Asal Yeh Kuning Jembrana Terkena Gigitan Ular dan Dilarikan ke RSU Negara

Untuk kenaikan sendiri terjadi sejak sebelum perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1944 kemarin.

Salah satunya terjadi kenaikan di pasar umum Negara, yang merupakan pasar terbesar di kabupaten Jembrana. Dan dugaan sementara penyebab kenaikan ialah gagal panen akibat cuaca ekstrem di Pulau Jawa.

Dimana pasokan sembako di kabupaten ujung barat Pulau Bali ini masih bergantung dari Pulau Jawa.

Salah seorang pedagang, Syafi’i mengatakan, bahwa harga cabai, per kilogram saat ini Rp 60 ribu.

Selain cabai, harga bawang dari harga Rp 23 ribu, setelah hari Raya Nyepi naik menjadi Rp 32 ribu.

Biasanya cabai itu didapat dari Buleleng dan Bima NTB, serta Begitu juga bawang dari Jawa, pasokan berkurang drastis sedangkan permintaan tinggi. Otomatis harga cabai melambung tinggi.

“Ya pasokan jauh berkurang jadi harganya naik,” ucapnya Minggu 6 Maret 2022.

Selain sembako, menurut dia, untuk minyak goreng sendiri bukan naik, malahan saat ini terjadi kelangkaan di pedagang.

Bahkan, pedagang tidak lagi menjual minyak goreng.

Padahal, Migor menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Apalagi para penjual gorengan.

"Lebih baik harga tinggi (Migor) tetapi stok banyak. Daripada sekarang, harga murah tapi tidak ada minyak yang dijual," tegasnya.

Baca juga: Sopir Mengantuk, Mobil Terios Tabrak Pohon Perindang di Gilimanuk Jembrana

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved