Human Interest Story
Kisah Nelayan di Klungkung Tanpa BBM Premium, Subrata Lebih Pilih Antar Tamu Mancing
Sejak awal tahun lalu, nelayan di Klungkung tidak bisa lagi mendapatkan bahan bakar premium dan harus beralih menggunakan pertalite
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Sejak awal tahun lalu, nelayan di Klungkung tidak bisa lagi mendapatkan bahan bakar premium dan harus beralih menggunakan pertalite.
Ini membuat mereka harus mengeluarkan uang lebih untuk modal membeli bahan bakar, sementara penghasilan mereka melaut tidak menentu.
I Ketut Subrata (45) sedang membenahi jaring saat ditemui di Pantai Segara, Desa Kusamba, Klungkung, Bali, Selasa 5 April 2022.
Nelayan itu tampak teliti memperhatikan jaringnya yang dirusak lumba-lumba saat melaut.
Baca juga: KISAH PENEMBAKAN Bucha: Rusia Disebut Tembak Warga Sipil Membabi Buta Keluar Rumah Sebuah Pertaruhan
"Nelayan sekarang sulit, bahan bakar mahal, belum jaring rusak. Tapi hasil tangkapan tidak seberapa," ungkapnya.
Hari itu, Subrata hanya berhasil mendapatkan 20 ekor ikan tongkol yang ukurannya kecil-kecil.
Harga jualnya pun tidak sebanding dengan modal bahan bakar yang dikeluarkannya.
Apalagi saat ini sudah tidak ada premium yang biasanya digunakan oleh nelayan untuk bahan bakar perahunya.
Sehingga mereka harus memanfaatkan pertalite yang dari segi harga lebih mahal.
"Sebenarnya bahan bakar tergantung jauh melaut. Kalau saya modal bensin sekitar Rp 50 ribu sampai Rp 150 ribu. Kalau melaut ke wilayah timur Nusa Penida itu, bisa habis sampai 22 liter. Tentu modal sekarang lebih banyak, karena harus pakai pertalite. Kalau dulu kan masih ada premium yang harganya lebih murah" jelasnya.
Meskipun demikian dirinya yang sudah 25 tahun melaut, tetap memilih bertahan.
Selain melaut, ia juga kerap menyewakan perahunya untuk mengantar pemancing ke laut.
Menurutnya, hal itu lebih menguntungkan, karena hasilnya lebih banyak dari pada melaut.
Saat mengantar pemancing, tidak hanya di sekitar perairan Kusamba, namun juga sampai ke perairan Nusa Penida, Nusa Dua, Karangasem, bahkan Selat Lombok.
"Sekali mengantar pemancing, bisa dapat Rp 400 ribu sampai Rp 1 juta. Tergantung juga jauhnya memancing. Jujur saja kalau kondisi seperti sekarang, lebih untung mengantarkan orang mancing dari pada melaut cari ikan," ungkapnya.