Serba Serbi

Tumpek Wariga Penanda 25 Hari Mendatang Galungan, Apa yang Dilakukan?

Tumpek Wariga ini juga bisa dusebut dengan Tumpek Uduh, Tumpek Bubuh, Tumpek Panuduh, Tumpek Pengarah, atau Tumpek Pengatag.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Noviana Windri
Tribun Bali
Ilustrasi sembahyang 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - 25 hari sebelum Hari Raya Galungan atau di Bali disebut selae dina sebelum Galungan, umat Hindu di Bali merayakan Tumpek Wariga atau Tumpek Pengatag.

Tumpek Wariga ini juga bisa dusebut dengan Tumpek Uduh, Tumpek Bubuh, Tumpek Panuduh, Tumpek Pengarah, atau Tumpek Pengatag.

Dirayakan setiap enam bulan sekali yaitu pada Saniscara Kliwon wuku Wariga yang jatuh tepat hari ini, Sabtu 14 Mei 2022.

Perayaan Tumpek Wariga ini merupakan hari suci pemujaan kepada Dewa Sangkara atau Dewa penguasa kesuburan semua pepohonan dan tumbuhan.

Dalam lontar Sundarigama disebutkan sebagai berikut.

Baca juga: BESOK Tumpek Wariga! Ini Upacaranya

Baca juga: Tumpek Wariga Sebentar Lagi, Siapkan Ini Tribunners

Wariga, saniscara kliwon, ngaran tumpek panuduh, puja kreti ring sang hyang sangkara, apan sira amredyaken sarwa tumuwuh, kayu-kayu kunang.

Ini artinya pada wuku Wariga, Sabtu Kliwon disebut Tumpek Panguduh, merupakan hari suci pemujaan Sang Hyang Sangkara, karena beliau adalah dewa penguasa kesuburan semua tumbuhan dan pepohonan. 

Pada saat ini masyarakat Hindu di Bali akan melaksanakan upacara untuk pepohonan dengan menggantung tipat taluh pada pepohonan dan juga banten.

Lebih lanjut untuk sesajennya disebutkan sebagai berikut.

Widhi widananya, pras, tulung sasayut, tumpeng, bubur, mwah tumpeng agung 1, iwak guling bawi, itik wenang, saha raka, panyeneng, tatebus, kalinganya, anguduh ikang sarwa ning taru asekar, awoh, agodong, dadi amreta ning urip. Rikang wwang, sasayut nyakra gni 1, maka pangadang ati, anuwuhaken ajnana sandhi.

Artinya: 

Adapun sesajen yang dihaturkan berupa peras, tulung sasayut, tumpeng, bubur, tumpeng agung 1, babi guling atau boleh juga guling itik, disertai jajan, panyeneng, tatebus.

Hal ini bermakna untuk memohon keselamatan tanaman agar dapat berbunga, berbuah, dan sesajen berupa sesayut cakragni 1 sebagai simbol penguatan hati dan pikiran untuk menumbuhkan kekuatan batin.

Baca juga: Gelar Upacara Jana Kerthi, Pelaksanaan Tumpek Landep di Denpasar Dipusatkan di Pura Pangerebongan

Baca juga: Puluhan Keris Khas Klungkung Akan Dipamerkan Seangkaian Hari Tumpek Landep

Selain itu dalam pelaksanaannya ada mantra yang diucapkan yaitu: kaki kaki, i dadong dija? Dadong jumah gelem kebus dingin ngetor.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved