Berita Jembrana
KASUS Rabies Naik, Dewan Desa Adat Ikut Kontrol Populasi Hewan Peliharaan Melalui Pararem
Kasus rabies di Jembrana, cukup mengkhawatirkan sehingga diatur dalam pararem.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Dari 30 persen itu, sudah 70 persen yang terpakai.
Baca juga: 17.500 Dosis Vaksin Rabies Belum Turun, Polisi Dan Puskesmas Gelar Penanganan di Pengambengan
“Masih banyak sekali anjing-anjing di bawah yang belum tervaksin yang kemungkinan akan berdampak terhadap hasil positif. Makanya, kami pun khawatir karena selalu hasilnya positif,” ungkapnya.
Ia mengaku, bahwa permasalahnya ketika anjing sudah menggigit, atau begitu satu orang digigit maka pihaknya harus sudah siap empat vial VAR.
Pihaknya tidak boleh memberikan satu vial VAR saja.
Yakni, pada hari pertama dia gigit dua vial, setelah 7 hari dan lagi satu vial dan 21 hari kemudian satu vial.
Baca juga: Stok Sempat Nyaris Habis, Vaksin Anti Rabies di Jembrana Kini Ada 390 Dosis
Sedangkan, perkembangan kasus gigitan anjing rabies dari tahun 2019.
Yakni ada 3.256 dengan kasus positif rabies 244.
Kemudian tahun 2020, sebanyak 2.289 gigitan dengan kasus positif 5.
Kemudian pada 2021 ada 2.410 gigitan dengan kasus positif 66.
Pada 2022 sampai bulan Mei ini sudah 1.410 gigitan, dengan kasus positif sebanyak 100 kasus.
“Saat ini kita tidak semata-mata berbicara kita kekurangan vaksin. Tetapi bagaimana pencegahan rabies ini yang perlu kita mencarikan sebuah solusi,” bebernya. (*).