Berita Tabanan

Jadi Narasumber di GPDRR, Sukawirma Beberkan Kasus Rabies di Tabanan

Perhelatan global pelaku penanggulangan kebencanaan, Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) masih berlangsung di Nusa Dua. 

Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Marianus Seran
Tribun Bali
I Nyoman Sukawirma (Gatem) memberikan penjelasan terkait Program CP3 dengan fokus rabies dalam GPDRR 2022 

 

TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Perhelatan global pelaku penanggulangan kebencanaan, Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) masih berlangsung di Nusa Dua. 


Dalam kesempatan ini, seluruh pelaku kebencanaan diseluruh negara dipertemukan untuk berdiskusi terkait mitigasi dan penanggulangan kebencanaan. 


Pelaksanaan GPDRR ini memberikan kesempatan kepada Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Tabanan untuk turut serta.


PMI Kabupaten Tabanan yang diwakili oleh I Nyoman Sukawirma dipercaya menjadi narasumber dalam salah satu agenda GPDRR, yaitu Ignight Stage-IFRC Community Voice.

Baca juga: Survei PSI: Rakyat Puas Kinerja Perekonomian, Airlangga Capres Teratas

 

Ignight Stage-IFRC Community Voice merupakan acara untuk perhimpunan nasional yang dinaungi oleh Internasional Federation of Red Cross and Red Cressent (IFRC), termasuk Palang Merah Indonesia.


Kegiatan ini dilaksanakan secara online dan offline di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Badung, Bali pada Kamis, 26 Mei 2022.


I Nyoman Sukawirma selaku Koordinator Program Community Epidemic and Pandemic Preparedness Program (CP3) di Tabanan merasa bangga dapat berbagi informasi dalam kegiatan GPDRR ini.


Didampingi perwakilan IFRC dan PMI Pusat, ia menjelaskan programnya dihadapan seluruh palang merah dan bulan sabit merah di seluruh dunia.


Walaupun waktunya singkat, ia menjelaskan perkembangan dan hasil programnya terkait penanggulangan rabies di Desa Delod Peken, Tabanan, Bali.


"Tentu sangat bangga dan senang sekali bisa berpartisipasi langsung dalam acara ini.

Baca juga: PERBEKEL Desa Catur Ditahan Polres Bangli, Diduga Terlibat Penipuan dan Penggelapan


Pastinya gugup juga karena ini kali pertama, tapi saya tetap berusaha maksimal.


Ini merupakan kesempatan untuk menunjukan kepada seluruh dunia di ajang internasional tentang program kami.


Saat ini kami fokus untuk menjelaskan kondisi, peran, dan kesuksesan program dalam menanggulangi rabies di Desa Delod Peken, Tabanan, Bali," jelas Sukawirma.


Pria yang akrab disapa Gatem ini juga menjelaskan sebelum pelaksanaan program pada tahun 2018, kasus rabies di Tabanan cukup merebak.


Saking merebaknya, kondisi ini berpotensi membawa rabies Kabupaten Tabanan naik level menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). 


Selama empat tahun berjalannya program CP3, kasus rabies di Desa Delod Peken mulai mereda, artinya programnya telah membuahkan hasil yang baik.


Anjing sudah mulai dipelihara dan masyarakat juga sudah mengetahui cara penanggulangannya dengan perangkat yang diberikan, yaitu perangkat penyakit, pesan, dan aksi.

Baca juga: PUNTUNG Rokok Cemari Pesisir Pantai Kusamba


Pengurus PMI Kabupaten Tabanan ini berharap dengan pelaksanaan program CP3 oleh PMI Kabupaten Tabanan dapat menjadi panduan masyarakat dalam menanggulangi rabies.


Ia juga berharap dukungan dapat selalu diberikan oleh seluruh pihak sehingga program ini dapat dilaksanakan di desa lain. 


Terkait dengan kabar kasus rabies di Tabanan, Sukawirma mengatakan perlu ada pemahaman lebih mendalam.


"Kasus gigitan anjing dan kasus rabies itu berbeda, dan sepengetahuan saya yang sedang meningkat itu kasus gigitan anjing.


Kalau gigitan belum tentu rabies, tapi kalau rabies pasti melalui gigitan. Nah ini yang perlu diperiksa lebih lanjut.


Apakah benar, anjing yang menggigit itu rabies atau hanya anjing biasa," jelasnya.


Menyinggung soal vaksin anti rabies (VAR), Sukawirma meyakini stoknya cukup untuk diberikan sesuai peruntukan dan aturannya.


Vaksin harus segera diberikan kepada orang yang terkena gigitan anjing rabies, terutama di kepala. 


Apabila masyarakat digigit pada bagian kaki atau tangan, dapat dilakukan observasi terlebih dahulu selama dua minggu. 


Tidak hanya kepada korban, namun juga kepada anjing apabila ada.


Sukawirma menghimbau masyarakat agar tidak panik dalam menghadapi kabar ini.


Ia berharap masyarakat dapat lebih waspada dan meningkatkan kesadaran terkait rabies.(*)  


 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved