Berita Buleleng
Meninggal Dunia Diduga Rabies di Buleleng, Keluarga Berharap Pemerintah Gencarkan Sosialisasi Rabies
Meninggalnya Nyoman Puri diduga akibat rabies, sangat disesalkan oleh pihak keluarganya. Pasalnya, setelah mendapatkan gigitan, Nyoman Puri tidak
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Marianus Seran
Vaksinasi harus segera dilakukan apabila di suatu desa dilaporkan terjadi kasus gigitan anjing.
Hal ini lantas membuat progres vaksinasi baru mencapai 22.37 persen, atau baru menyasar pada 20.895 ekor anjing, dari total populasi yang ada mencapai 93.397 ekor.
"Kami menerima laporan ada gigitan di desa A, kami langsung turun melakukan vaksinasi. Belum selesai melakukan vaksinasi di desa B, kami kembali menerima laporan ada kasus gigitan di desa B.
Begitu seterusnya, sehingga progres vaksinasi saat ini baru mencapai 22.37 persen," katanya.
Untuk itu Suparma berharap, seluruh desa adat dapat membantu pemerintah menekan kasus rabies, dengan membuat perarem.
Ini agar masyarakat disiplin dalam memelihara anjing peliharaannya, seperti rutin divaksin dan tidak diliarkan.
"Vaksinasi itu efektif dilakukan apabila sudah menyasar 70 persen dari total populasi, sehingga kekebalan terhadap virus terbentuk. Kendalanya selama ini, karena masyarakat banyak yang meliarkan hewan peliharaannya, petugas jadi kesulitan untuk memvaksin.
Sementara eliminasi juga tidak bisa sembarangan dilakukan, karena banyak yang tidak setuju," jelasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Buleleng dr Sucipto mengatakan, stok VAR saat ini masih aman. Tahun ini pihaknya melakukan pengadaan VAR sebanyak 6.000 vial, yang dikirim dalam dua tahap, menggunakan APBD. Dimana pada tahap pertama, sebanyak 3.000 vial, dan telah habis digunakan dalam kurun waktu lima bulan, atau sejak Januari hingga Mei 2022.
Mengingat stok pengadaan tahap pertama sudah habis, pihaknya telah meminta kiriman VAR dari Pemprov Bali sebanyak 1.000 vial, sembari menunggu pengadaan tahap ke dua. "VAR saat ini aman.
Seluruh puskesmas dan tiga rumah sakit pemerintah di Buleleng sudah menjadi rabies center.
Kalau stok VAR di salah satu puskesmas habis, akan dikirim dari stok yang ada di puskesmas lain," katanya.
Disinggung terkait observasi, dr Sucipto menyebut hal itu memang sudah menjadi SOP. Pasien yang mendapatkan gigitan anjing di daerah dengan kategori rendah, memang tidak dapat langsung diberikan VAR.
Medis akan meminta kepada pasien untuk mengobservasi anjing terlebih dahulu selama 14 hari. Apabila anjing tersebut mati, petugas Dinas Pertanian akan mengecek sampel otaknya, dan pasien akan diberikan suntikan VAR.
"Tapi kalau yang menggigit adalah anjing liar, VAR bisa langsung diberikan. Karena pasien tidak mungkin bisa memantau anjing tersebut, sudah mati atau belum.