Berita Jembrana
Kisah Gatot Pengusaha Dupa di Jembrana, Bangkit Setelah Oleng Dihantam Covid-19
kisah Gatot Susanto, pengusaha dupa ini memproduksi kebutuhan orang Bali sehari-hari sejak 2003 di Jembrana.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Dalam sehari, ia bersama karyawan lainnya berhasil memproduksi hingga 3 kwintal sehari.
Namun, karena kondisi Covid-19, ia terpaksa mengurangi jumlah produksi karena kekurangan tenaga kerja.
Selain itu, daya beli masyarakat pasca dihantam pandemi juga sangat jauh menurun.
"Untuk pemasaran kita di Jembrana saja sama di Seririt, Buleleng. Selama ini masih aman. Cuma kemarin awal Covid itu susah sekali jualan," ungkapnya.
Pada usaha keluarga ini, kata dia, dupa yang ia produksi memiliki banyak aroma.
Diantaranya aroma cendana, jasmine, budak wangi, hingga aroma tulip.
Setelah memiliki aroma, dupa tersebut kemudian dibungkus dengan plastik berbagai ukuran.
Harganya Rp 1.000 hingga Rp 20.000 per bungkusnya.
Namun, selama ini ia hanya menjual dalam bentuk global (bal) ke tingkat toko yang kemudian diteruskan ke pengecer.
"Kalau aroma tergantung permintaan. Jika misalnya aroma cendana paling banyak diminati, kita garap dupa dengan aroma tersebut. Begitu juga seterusnya," tandasnya. (made prasetia aryawan).
Kumpulan Artikel Jembrana