Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo Raih Apresiasi dari Silaturahmi Warga Perantauan, Dukung Dalam Pelestarian Wayang

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo raih apresiasi besar dari Silaturahmi Warga Perantauan (SWP) usai mendukung pelestarian wayang kulit

Istimewa
Silahturahmi Warga Perantauan melakukan pegelaran wayang kulit secara live streaming. Ganjar Pranowo Raih Apresiasi dari Silaturahmi Warga Perantauan, Dukung Dalam Pelestarian Wayang 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASARGubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo raih apresiasi besar dari Silaturahmi Warga Perantauan (SWP) usai mendukung pelestarian wayang kulit.

Silaturahmi Warga Perantauan Jawa Tengah yang menyelenggarakan pentas wayang kulit secara live streaming menjadi bentuk dukungannya untuk melestarikan budaya wayang.

Ganjar Pranowo sendiri memang sempat menjadi dalang saat perayaan Hari Wayang Dunia yang kedelapan pada 4 November 2022 lalu.

Ganjar membawakan lakon Panji, untuk menandai dimulainya rangkaian peringatan yang berlangsung hingga 6 November 2022 lalu.

Pada peringatan HWD tahun 2022 ini, tema yang diambil adalah Mawayang Hayu; Wayang Moderasi dan Keberagaman.

Sebagai masyarakat perantau Jawa Tengah yang berdomisili di Jabodetabek, komunitas Seduluran Jawa Tengah bersama Silaturahmi Warga Perantauan (SWP), Komunitas Wayang Nusantara (KWN), Ikatan Pecinta Wayang Sejati (IPWS), Komunitas Jedher Mania (KJM) dan Paguyuban Pekalongan menyelenggarakan nobar wayang secara live streaming di halaman Rusun Karet Tengsin, Jakarta Pusat 11 November 2022 lalu.

Menurut Ketua Seduluran Jawa Tengah, Yeni Triyani sebagai inisiator pelaksana acara nobar wayang ini menyapaikan bahwa wayang sebagai warisan budaya wajib dilestarikan dan dikembangkan.

"Kita harus bangga karena Wayang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Mahakarya Dunia yang Tak Ternilai dalam Seni Bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada tanggal 7 November 2003,”

“Bahkan telah ditetapkan sebagai Hari Wayang Nasional oleh Presiden Jokowi pada tanggal 11 Desember 2012 lalu”

“Melalui penyelenggaraan acara nobar Wayang ini merupakan ekspresi kami dalam melestarikan dan memajukan kebudayaan nasional khususnya Wayang,"  ungkap Yeni Triyani.

Catatan awal tentang pertunjukan wayang ditunjukkan pada "Prasasti Balitung/Mantyasih" berangka tahun 829 Saka (907 M), oleh Raja Dyah Balitung dari Dinasti Sanjaya, Kerajaan Medang (Mataram Kuno), periode Jawa Tengahan.

Dalam prasasti tersebut menjelaskan:

"Si Galigi Mawayang Buat Hyang Macarita Bimma Ya Kumara"

Yang artinya Galigi mengadakan pertunjukan wayang untuk Dewa dengan mengambil kisah Bima Kumara.

Dimana Bima adalah salah satu anggota keluarga Panca Pandawa (Yudistira, Arjuna, Nakula dan Sahadewa) dalam Mahabharata.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved