Berita Klungkung
Petani Garam Kusamba Mengeluh, Harga Garam Hasil Tunnel Ditawar Rp4 Ribu Per Kilo
Garam bersih hasil tunnel ini ditawar dengan harga terlalu murah, sehingga kelompok petani garam Sarining Segara Desa Kusamba lebih memilih menyimpan
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
"Kalau dikatakan masalah kualitas, tetep lebih bagus garam buatan tradisional. Dari segi rasa, garam dari tunnel memang lebih asin dan agak pahit."
"Kalau garam produksi tradisional, lebih bersih, walau tidak seasin garam dari tunnel, tapi lebih gurih. Sehingga biasanya warga lebih memilih membeli garam yang dibuat secara tradisional," ungkapnya.
Sehingga walaupun sudah mendapat bantuan pembuatan garam dengan sistem tunnel ini, petani garam di Desa Kusamba tetap membuat garam dengan cara tradisional.
"Tetap buat garam tradisional, walau pekerjaanya lebih berat. Sementara dengan sistem tunnel juga tetap produksi, keunggulannya bisa tetap produksi dalam berbagai cuaca," jelasnya.
Tunnel garam merupakan salah satu metode produksi garam menggunakan teknologi rumah kaca untuk proses kristalisasi.
Metode ini sangat cocok dilakukan di semua musim, termasuk di musim hujan yang dapat meningkatkan produksi.
Proyek bangunan Tunnel Garam bernilai sekitar Rp12 juta sampai Rp15 juta, diluar biaya mesin penyedot air laut. Dana berasal dari Kemensos RI Direktorat Komunitas Adat Terpencil dan Kewirausahaan Sosial.
"Kami minta dibantu pemasarannya, kami sudah sampaikan ke menteri sosial," jelas Wayan Rena.
Jika tidak dipasarkan, ia khawatir justru garam hasil tunnel ini hanya menumpuk di gudang. Sementara jika dilepas dengan harga terlalu murah, dirinya khawatir tidak ada biaya pemeliharaan.
"Informasinya kami akam dicarikan koperasi, untuk mengambil garam tunnel ini," jelasnya.
Menteri Sosial Tri Rismaharini, dalam kunjungan ke tempat penggaraman Kelompok Petani Garam Sarining Segara, Selasa (20/12) lalu, mengaku akan berupaya untuk membantu pengolahan garam turnnel untuk sejumlah produk.
Dengan begitu, nilai jualnya pun akan meningkat.
“Jangan berhenti sampai memproduksi garam seperti ini saja. Harus diolah sebagai produk lainnya sehingga harga jualnya pun meningkat,” ujar Rismaharini. (*)
Berita lainnya di Berita Klungkung