Cuaca Ekstrem di Bali
Nelayan di Desa Anturan, Buleleng, Bali Takut Melaut Karena Cuaca Buruk, Harga Ikan Jadi Melonjak
Gelombang capai 3 meter buat nelayan di Desa Anturan, Buleleng, Bali takut melaut, cuaca buruk yang terjadi baru-baru ini buat harga ikan melonjak.
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Putu Kartika Viktriani
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Sejak pertengahan Desember 2022 hingga Jumat 6 Januari 2023, sejumlah nelayan di Desa Anturan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng takut melaut.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, para nelayan memilih kerjaan sampingan, seperti bertani hingga mengantarkan wisatawan melihat lumba-lumba.
Ketua Kelompok Nelayan Taruna Samudra Desa Anturan, Kadek Parwata mengatakan, hingga saat ini tinggi gelombang kurang lebih mencapai tiga meter.
Bahkan pada Desember lalu, air laut sempat pasang dan merendam rumahnya hingga setinggi 40 centimeter.
Atas kondisi ini, kelompok dengan 66 orang anggota nelayan itu pun tak ingin mengambil risiko.
Pihaknya memutuskan untuk libur melaut, demi keselamatan.
Padahal sebelum cuaca buruk, para nelayan di Desa Anturan kata Parwata sejatinya sering mendapatkan tangkapan ikan dengan jumlah yang banyak.
Seperti ikan tongkol atau tuna, hingga sebanyak 100 kilo.
"Sudah ada peringatan dari BMKG juga. Gelombangnya memang tinggi sekali, bahkan sempat naik sampai ke rumah seperti banjir rob. Jadi kami sama sekali tidak bisa melaut, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan juga," terangnya.
Baca juga: 28 Unit Bangunan Rusak Akibat Diterjang Angin Kencang di Karangasem, Bali
Beruntung meski tidak bisa melaut mencari ikan, Parwata menyebut sebagian besar nelayan memiliki kerjaan sampingan.
Seperti mengantarkan wisatawan melihat lumba-lumba, atau bertani jagung.
"Kalau liat lumba-lumba kan tidak jauh, hanya dua jam juga. Atau nyari cumi-cumi, setelah itu sampannya langsung dinaikan. Ada juga nelayan yang terpaksa ngutang, minjam uang," jelasnya.
Sementara salah satu pedagang ikan di Desa Anturan bernama Ketut Sukertini menyebut, harga ikan laut saat ini naik sekitar Rp 5 ribu per kilo.
Kenaikan ini terjadi lantaran stok ikan menipis, sebab para nelayan takut untuk melaut. Jenis ikan yang dijual pun tidak banyak, hanya tuna, tompek dan tenggiri.
"Sekarang harga tuna Rp 30 ribu sampai Rp 35 ribu per kilo. Kalau dulu hanya Rp 25 ribu. Jenis ikan yang dijual sekarang tidak banyak, hanya tuna, tompek dan tenggiri. Belinya di daerah Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula. Kalau ikan karang seperti kerapu sudah kosong. Padahal ikan karang banyak peminatnya. Omset tentu jadi menurun," jelasnya. (rtu)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.