Berita Badung

Sekaa Teruna Wijaya Kusuma Blahkiuh Gunakan Sampah Lokal dan Limbah untuk Pembuatan Ogoh-Ogoh

Beberapa sampah yang digunakan untuk bahan ogoh-ogoh yakni seperti daun pisang kering, arang, kulit telor, daun jagung dan yang lainnya.

Tribun Bali/I Komang Agus Aryanta
Ogoh-ogoh Seka Teruna Wijaya Kusuma, Banjar Dlodpasar, Desa Blahkiuh, Badung, Bali menggunakan limbah dan sampah untuk pembuatannya. 

TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Pembuatan ogoh-ogoh yang dilakukan Seka Teruna Wijaya Kusuma, Banjar Dlodpasar, Desa Blahkiuh, Badung kini menjadi perhatian masyarakat.

Pasalnya bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ogoh-ogoh merupakan sampah atau limbah masyarakat.


Penggunaan sampah masyarakat itu dilakukan agar masyarakat tahu bahwa sampah bisa digunakan sebuah karya seni yang bermutu. 

Baca juga: Tampil Beda, Ogoh-ogoh Bangkung Tidak Jadi Ogoh-ogoh Utama STT Yowana Dharma Wiguna, Ini Alasannya

Beberapa sampah yang digunakan untuk bahan ogoh-ogoh yakni seperti daun pisang kering, arang, kulit telor, daun jagung dan yang lainnya.


Ketua Seka Teruna Wijaya Kusuma I Putu Agus Kumara Dita mengatakan konsep dari pembuatan ogoh-ogoh dengan judul Boma Pralaya itu merupakan ide dari sebuah penggarapan bersama yang telah disetujui oleh semua pihak sekeha truna.

Diakui, ide pembuatan ogoh-ogoh kurang lebih memakai bahan dasar besi pipa, lalu pembentukan memakai anyaman dari pohon bambu dengan pemberdayaan sampah lokal atau sisa limbah dari masyarakat.

Baca juga: Sarana Babia, Ogoh-ogoh STT Yowana Dharma Wiguna yang Bikin Penasaran


"Pada proses finishing, kita memakai beberapa bahan dasar seperti arang kulit kelapa, kulit telur, daun bambu kering, injin, serbuk kayu, dan daun jagung kering," jelasnya.


Diakui, pembuatan ogoh-ogoh tersebut merupakan wujud dasar sekaa truna untuk lebih kompak di dalam berkegiatan dan kepedulian terhadap lingkungan maupun masyarakat.

Pasalnya sisa limbah pengolahan bahan makanan juga bisa dipakai untuk membuat sebuah karya seni yang bermutu yang dapat dinikmati atau dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat yang ada di Desa Blahkiuh pada khususnya.

Baca juga: Kisah di Balik Lagu Ogoh-ogoh Ian Bero dan Okid Kres yang Melegenda, Diciptakan Tahun 1988


"Ogoh-ogoh yang kami buat kurang lebih tinggi  4,5 M. Namun kami berharap hasil ini maksimal," bebernya.


Pihaknya mengaku, pembuatan ogoh-ogoh tersebut diarsiteki oleh empat orang yakni I Gede Sukarma Yasa, I Gusti Ngurah Made Suta Darma, I Komang Asmarajaya dan I Putu Adimas Gunamanta. Bahkan berat ogoh-ogoh diperkirakan 250 kg. 


Terkait ceritanya, Boma Pralaya itu dikisahkan ketika Perang Besar Bharata Yudha sudah berlangsung beberapa saat. 

Baca juga: Tak Kapok, Ketut S asal Ubud Lagi Lakukan Pemalakan dengan Modus Sumbangan Ogoh-ogoh di Denpasar

Di Amarta,  Pandawa mencari Senapati Perang yang akan memimpin pasukan, menggantikan Arya Seta yang gugur di palagan. 


Pada kesempatan itu, Gatutkaca yang ditugaskan untuk memegang jabatan itu. Dari segi manapun Raden Gatutkaca memenuhi semua persyaratan itu. Semua menyetujuinya, kecuali Boma Narakasura. 


Boma merasa Gatutkaca tidak mampu melebihi dirinya dan memohon semua orang untuk mempercayai dirinyalah yang amat pantas untuk jabatan itu. Sri Kresna pun menasihati sang Boma. Namun, nasehat Sri Kresna kali ini tidak mempan. 

Baca juga: Tidak Boleh Sembarangan, Sumbangan Ogoh-ogoh Wajib Diatur Pararem

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved