Berita Bali

20 Tahun Bergantung Hidup Berjualan Pakaian Bekas di Pasar Badung, Ini Harapan Vira 

Ketika ditemui dilapak pakaian bekasnya yang berlokasi di Pasar Badung, Denpasar, Vira mengatakan sudah 20 tahun berjualan pakaian bekas ini.

Sari/Tribun Bali
Sejak dilarang aktivitas jual beli pakaian bekas impor, oleh Pemerintah Pusat Indonesia, membuat para pedagang pakaian bekas ketar-ketir. Pasalnya banyak dari mereka yang menggantungkan hidup dari berjualan pakaian bekas seperti Vira (47). Ketika ditemui dilapak pakaian bekasnya yang berlokasi di Pasar Badung, Denpasar, Vira mengatakan sudah 20 tahun berjualan pakaian bekas ini. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sejak dilarang aktivitas jual beli pakaian bekas impor, oleh Pemerintah Pusat Indonesia, membuat para pedagang pakaian bekas ketar-ketir.

Pasalnya banyak dari mereka yang menggantungkan hidup dari berjualan pakaian bekas seperti Vira (47).

Ketika ditemui dilapak pakaian bekasnya yang berlokasi di Pasar Badung, Denpasar, Vira mengatakan sudah 20 tahun berjualan pakaian bekas ini.

“Sebaiknya jangan dihapus dulu barang (stok pakaian bekas) orang masih banyak. Ada yang keluar uang miliaran belum balik modal kasihan. Apalagi ini barangnya lebih murah dan terjangkau harganya,” kata wanita asal Lombok tersebut, Senin 20 Maret 2023.

Baca juga: Disperindag Tabanan Data Penjual Pakaian Bekas Selain di Pasar Kodok

Baca juga: Bali Jadi Pangsa Pasar Pakaian Bekas, Disperindag Provinsi Bali Akan Tertibkan Pedagang

Hiruk pikuk dilokasi penjualan pakaian bekas di Pasar Badung Denpasar pada, Senin 20 Maret.
Hiruk pikuk dilokasi penjualan pakaian bekas di Pasar Badung Denpasar pada, Senin 20 Maret. (Tribun Bali/ Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami)

Menurutnya peminat pakaian bekas di Bali, cukup banyak karena selain harganya yang murah juga pada kualitasnya yang biasanya masih bagus dan layak pakai.

Sambil menanti kapan ia benar-benar tidak bisa berjualan lagi, Vira pun masih berjualan hingga stok dagangan pakaian bekasnya habis.

“Ini habisin stok aja dulu. Ya tunggu habis Nyepi lah bagaimana jadinya,” imbuhnya.

Untuk menjual pakaian bekas ini, ia mengambilnya di Tabanan.

Biasanya Vira sekali mengambil pakaian bekas untuk dijual di Denpasar, menghabiskan modal Rp 15 juta hingga Rp 35 juta.

Sisa barang dagangannya di rumah pun masih sekitar Rp 15 juta jika dirupiahkan.

Ia pun menanti solusi dari pemerintah jika tidak diperbolehkan, berjualan pakaian bekas lagi.

Dalam sehari Vira bisa mendapatkan untung, dari berjualan pakaian bekas ini paling sedikit Rp 300 ribu jika ramai Rp 700 ribu.

“Harganya dari 25-75 ribu. Jualannya setiap hari. Nanti kalau ditutup takutnya pengangguran makin banyak. Kalau yang ada modalnya ya tidak kenapa-kenapa ini kebanyakan teman-teman pinjam di bank untuk jualan,” jelasnya.

Selain karena harganya yang murah, menjual pakaian bekas ini bisa dengan cara mengobralnya.

Sehingga stok pakaian bekas untuk dijual cepat laku. Selain itu dengan modal Rp 15 juta ia bisa mendapatkan banyak pakaian bekas yang layak dijual.

“Enaknya barangnya tidak basi bisa diobral. Dan belinya murah dapat untung banyak,” tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved