serba serbi

Tidak Harus Dibakar Tapi Wajib Dipralina, Ketua PHDI Bali Saran Optimalkan Limbah Sisa Ogoh-ogoh

Pasca pangerupukan Nyepi Tahun 1945 Saka, berdasarkan pantauan Tribun Bali terdapat ogoh-ogoh yang berada di pinggir jalan.

Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Yunia/Tribun Bali
 I Nyoman Kenak selaku Ketua PHDI Bali menjawab adanya ogoh-ingin yang masih belum dilebur, sarankan untuk mengoptimalkan limbah sisa ogoh-ogoh. 

Ia justru menyarankan agar para pemuda bisa secara optimal memanfaatkan sisa-sisa dari ogoh-ogoh asalkan sudah dipralina.

Ilustrasi - Ogoh-ogoh karya STT Asti Dharma Kerti
Ilustrasi - Ogoh-ogoh karya STT Asti Dharma Kerti (Istimewa)

Misalnya pada bagian rangka, alat-alat elektronik, bahkan mungkin pada bambu-bambu penopang ogoh-ogoh.

“Boleh rangkanya itu bisa (dipakai kembali) kecuali kertas-kertas atau bahan lain yang mungkin sudah busuk, tidak masalah.

Biayanya juga kan lumayan beli itu, pasti mahal dan kalau misalkan cuman dipakai sekali saja kan pasti cukup berat,” tutur Nyoman Kenak.

Bambu sisa ogoh-ogoh tersebut dapat diolah kembali menjadi bahan-bahan yang berguna, misalnya untuk bahan bangunan, keranjang, dan sangkar burung.

Ini merupakan bentuk pengoptimalan sampah sehingga lebih menjadi alat-alat yang bermanfaat.

Sebagian besar masyarakat kini telah membuat ogoh-ogoh dari bahan-bahan mudah terurai sehjngga mengurangi permasalahan limbah sisa ogoh-ogoh.

Bahkan cukup diletakan di tempat khusus pun, limbah justru bisa menjadi penyubur tanah karena bahannya yang ramah lingkungan.

Berbeda dengan dulu yang mungkin masih menggunakan styrofoam sehingga pemerintah pun sudah berpikir ke depannya.

Inilah yang juga diharapkan oleh Ketua PHDI Bali ini perlu diindahkan oleh masyarakat. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved