serba serbi

Tidak Harus Dibakar Tapi Wajib Dipralina, Ketua PHDI Bali Saran Optimalkan Limbah Sisa Ogoh-ogoh

Pasca pangerupukan Nyepi Tahun 1945 Saka, berdasarkan pantauan Tribun Bali terdapat ogoh-ogoh yang berada di pinggir jalan.

Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Yunia/Tribun Bali
 I Nyoman Kenak selaku Ketua PHDI Bali menjawab adanya ogoh-ingin yang masih belum dilebur, sarankan untuk mengoptimalkan limbah sisa ogoh-ogoh. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pasca pangerupukan Nyepi Tahun 1945 Saka, berdasarkan pantauan Tribun Bali terdapat ogoh-ogoh yang berada di pinggir jalan.

Padahal, pada umumnya ogoh-ogoh harus dibakar, seusai diarak pada saat pangerupukan.

Menjawab hal tersebut, I Nyoman Kenak selaku Ketua PHDI mengatakan ogoh-ogoh tak harus selalu dibakar.

Baca juga: Karangasem Darurat Tanggul Pantai, 31 Kilometer Pesisir Masuk Wilayah Abrasi

Baca juga: Harga Sejumlah Kebutuhan Pokok Mulai Turun Usai Nyepi, Tapi Harga Cabai Merah Mesar Malah Naik

Baca juga: Juri Salah Menangkan Ogoh-ogoh di Bangli Diprotes Pemuda, Simak Ulasannya 

Suasana pawai ogoh-ogoh di kawasan Patung Catur Muka Denpasar tahun 2023.
Suasana pawai ogoh-ogoh di kawasan Patung Catur Muka Denpasar tahun 2023. (Ida Bagus Putu Mahendra)

“Yang pasti ogoh-ogoh itu harus sudah dipralina, pada saat selesai pangerupukan, tetapi masalah teknis peleburan fisiknya itu kan yang perlu diperhatikan.

Secara sekala memang belum, tetapi secara niskalanya sudah karena sudah dikenakan tirta panyucian,” kata I Nyoman Kenak.

Ketua PHDI Bali ini, memperkirakan ogoh-ogoh belum dilebur keseluruhan, karena terdapat alat-alat yang sensitif di dalam ogoh-ogoh.

Alat tersebut misalnya alat-alat elektronik, sehingga membutuhkan tenaga khusus untuk membongkar ogoh-ogoh.

Dirinya juga menuturkan, alat-alat seperti itu perlu kehati-harian ekstra sehingga tidak rusak dan bisa digunakan kembali pada tahun-tahun berikutnya.

 I Nyoman Kenak selaku Ketua PHDI Bali menjawab adanya ogoh-ingin yang masih belum dilebur, sarankan untuk mengoptimalkan limbah sisa ogoh-ogoh.
 I Nyoman Kenak selaku Ketua PHDI Bali menjawab adanya ogoh-ingin yang masih belum dilebur, sarankan untuk mengoptimalkan limbah sisa ogoh-ogoh. (Yunia/Tribun Bali)

Selain itu, waktu untuk meleburkan ogoh-ogoh dirasa cukup mepet karena waktu pawai hingga pagi hari.

“Kemarin saja saya dengar pawainya berlangsung sampai pukul 05.00 pagi, karena Denpasar kan memang sangat ramai.

Lalu besoknya sudah Nyepi, tidak mungkin lagi itu dibongkar dan tidak sanggup lagi mereka meleburkan sampai habis,” tambahnya.

Menurut Nyoman Kenak, ogoh-ogoh tidak terlalu prinsip untuk lebur, namun yang penting adalah adanya penyucian secara niskala.

Nyoman Kenak berharap penundaan peleburan ogoh-ogoh tetap berjalan lancar, dan tidak mengganggu arus lalu lintas.

Selama ogoh-ogoh belum dilebur diharapkan dapat diletakkan di tempat yang aman, dan segera dilebur pada Sabtu atau Minggu mendatang.

Terkait dengan penggunaan kembali beberapa bagian ogoh-ogoh, Nyoman Kenak memperbolehkan hal tersebut.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved