Berita Bali

3 Paus Terdampar dalam Seminggu, Dosen FKH Unud Sebut Terkait Cuaca Buruk Akibat Intervensi Manusia

Sepekan belakangan, warga Bali dihebohkan dengan penemuan paus terdampar di sejumlah pantai di Bali.

Penulis: Ida Bagus Putu Mahendra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Foto istimewa PSDKP Jembrana
Suasana saat paus jenis sperma ditemukan terdampar di Pantai Yeh Leh, wilayah Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana, Sabtu 8 April 2023. 


Perubahan Anthropocene itu dapat mempengaruhi eko-fisiologis pada tingkat sel dan organisme, kelangsungan hidup populasi, hingga kebugaran dan perilaku individu.


“Perubahan anthropocene global telah mengubah lingkungan hampir semua spesies di bumi, baik itu melalui perubahan iklim, modifikasi habitat, polusi, dan berbagai intervensi manusia.”

Baca juga: Seekor Paus Terdampar di Jembrana, Air Rob Membuat Petugas Belum Bisa Lakukan Penanganan


“Ini dapat memiliki konsekuensi yang luas pada semua tingkat kehidupan organisasi, termasuk tekanan eko-fisiologis pada tingkat sel dan organisme, kebugaran dan perilaku individu, kelangsungan hidup populasi, interaksi spesies, dan keanekaragaman hayati,” ungkap Windia saat dihubungi Tribun Bali pada Minggu 9 April 2023.


Sementara itu, banyaknya paus yang terdampar di Bali diduga berhubungan dengan cuaca. Seperti misalnya siklon, dan lain sebagainya.

 


“Intensitas yang agak banyak (paus terdampar) akhir-akhir ini saya kira berhubungan dengan cuaca, siklon, dan lain-lain,” tambahnya.


Kaitannya, perubahan Anthropocene itu mengakibatkan penurunan kebugaran fauna laut, yang dalam hal ini adalah paus.


Lantaran kebugarannya yang menurun, paus sangat mudah terpengaruh cuaca buruk seperti misalnya siklon, dan lain-lain.


“akibat perubahan tersebut (Anthropocene), kebugaran banyak makhluk termasuk paus, penyu dan megafauna laut lainnya menurun.”


“Karena menurun, gampang terpengaruh oleh perubahan-perubahan termasuk cuaca buruk yang akhir-akhir ini semakin banyak terjadi di laut,” terang Windia.


Lebih lanjut, Windia menjelaskan, proses nekropsi atau bedah bangkai dilakukan guna mengetahui penyebab kematian.


Tingkat kesulitan nekropsi bagi fauna laut bervariasi, bergantung pada ukurannya.


“Nekropsi itu bedah bangkai. Tujuannya untuk mengetahui penyebab kematian. Tapi untuk spesies laut ukuran besar seperti paus sperma tidak mudah melakukannya,” terang Windia.

Sementara itu, hasil dari nekropsi bisa dengan cepat diketahui bahkan begitu nekropsi selesai dilakukan.

 

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved